Yogyakarta, aktual.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir meyakini metode hisab akan digunakan secara umum oleh umat Islam di Indonesia dan bahkan di seluruh dunia. Haedar berpandangan umat Islam di seluruh dunia akan menerapkan metode hisab wujudul hilal sebagai landasan dalam menentukan waktu-waktu penting ibadah, seperti halnya penggunaan jam sebagai penanda waktu salat.
“Sekarang kita bisa mudah sekali untuk salat dhuhur dan segala macam, tanpa harus melihat Matahari,” kata dia dalam acara Media Gathering di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (18/4) kemarin.
Haedar menjelaskan dalam menentukan waktu salat, saat ini semua golongan dan negara manapun memakai jadwal yang sudah pasti. Muhammadiyah pun menginginkan penetapan awal Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah juga menggunakan metode demikian.
Namun demikian, bagi Haedar, hal itu tentu membutuhkan waktu yang tidak pendek, bahkan mungkin bisa jadi membutuhkan waktu satu abad. Karena itu, menurutnya, saat ini ketika masih terjadi perbedaan penentuan, umat Islam tidak perlu saling menuding dan melakukan caci maki.
“Kami pun menghargai bagi saudara-saudara, maupun negara yang masih menganut sistem dan metode lain,” tegas dia.
Haedar kembali menjelaskan penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal merupakan landasan yang bisa digunakan oleh generasi mendatang. Salah satu tujuannya adalah supaya hidup umat Islam menjadi praktis dan mendapatkan kepastian.
“Kepastian transaksi, kepastian tentang hari dan tanggal dan lain sebagainya. Yang tidak pasti dalam terawangan kita, kan kematian dan ajal. Dan benda-benda langit itu juga beredar dengan kepastian. Apa ada bulan itu demi toleransi mundur dulu? Bulan itu mau datang ya datang, matahari mau terbenam ya terbenam,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson