Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto berbincang dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) saat silaturahmi ke kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jakarta, Rabu (4/7/2018). Pertemuan tersebut membahas koalisi partai pendukung Jokowi di pilpres 2019. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Desember mendatang, Partai Golkar akan melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk memilih ketua umum baru periode 2019-2024.

Suhu politik kini mulai menghangat. Kedua kandidat, petahana Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo disebut-sebut sama sama mempunyai dukungan kuat baik di DPD I maupun DPD II serta organisasi sayap partai.

Ada suara cukup keras menghendaki Airlangga tetap melanjutkan kepemimpinan. Dukungan itu ditunjukkan dengan klaim adanya dukungan sebesar 90 persen DPD tingkat I maupun tingkat II.

Namun demikian, pengamat politik Jerry Sumampouw mengingatkan, dukungan politik DPD I dan II memang solid, tetapi telikungan di momen Munas tetap harus diwaspadai.

“Kita ketahui yang unggul saat ini adalah incumbent. Tapi perlu diwaspadai momen munas bisa mengubah arah,” kata Jerry ketika dihubungi wartawan.

Terlebih lagi, menurut Jerry, Golkar mempunyai tradisi ketika hanya kedua tokoh yang menojol dan berdampak kepada perpecahan, maka Golkar bisa saja tiba-tiba mencari alternatif lain. “Airlangga harus terus merawat dukungan politik yang sudah diberikan,” imbuhnya.

“Jangan kontestasi sampai meruncing. Jalin komunikasi dengan cara kekeluargaan, dengan begitu dukungan akan terus solid. Jangan berujung perpecahan,” kata dia.

Terlebih setiap pemilu, Golkar dilanda isu-isu friksi internal. Golkar di bawah Airlangga, harus terus solid dan tidak melahirkan konflik.

“Dalam Munas kali ini jangan memicu konflik yang tajam. Airlangga harus mampu merawat Golkar, ” kata dia.

Cecep Handoko, pengamat politik dari Universitas Bung Karno, mengakui, di bawah Airlangga, Golkar secara politik semakin stabil.

“Karena kita tahu, sebelum Airlangga menjabat memang sangat mencekam. Yang pada akhirnya membuat Golkar keteteran, raihan suara turun ,” kata Cecep ketika dihubungi.

Menurut Cecep, kepemimpinan Airlangga tidak terlalu lama setelah Setya Novanto, yang tersangkut kasus korupsi e-KTP. Namun dalam waktu singkat itu, di bawah kepemimpinan Airlangga, Golkar kembali stabil. Riak politik internal tidak ada.

Terkait dengan Munas Golkar ini, ia melihat pemerintah lebih condong ke salah satu kandidat. Apalagi Airlangga, mendukung penuh langkah Presiden.

“Kita melihat siapa yang lebih punya peluang. Kita lihat seja Airlangga selalu all out ke pemerintah, membantu presiden,” kata dia.

Sementara dia melihat meski Bamsoet memiliki kekuasaan di parlemen, relatif tidak ada terobosan.

“Airlangga lebih berpeluang, apalagi Airlangga lebih lebih loyal,” kata dia.

Untuk itu, saran dia, Golkar jangan terlalu lama dengan polemik yang terjadi menjelang Munas Golkar. Sebaiknya ini segera disudahi. Karena ada sejumlah agenda besar yang dihadapi.

“Saya yakin polemik di internal, tidak akan panjang, karena mereka akan menghadapi agenda-agenda besar, Airlangga lebih berpeluang,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: