KH. Muhammad Danial Nafis
KH. Muhammad Danial Nafis

عَنْ أَبِى ذَرٍّ الغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَفِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ: يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Allah ‘azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada waktu malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga. Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya. Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”
(HR. Muslim)

Faedah, Tanbih dan Hikmah Hadits

Kalimat “Wahai hamba-hamba-Ku” dalam Hadits ini ditujukan untuk jin dan manusia sebagai makhluk dan hamba yang dikenai taklif perintah dan hukum syariat.

Allah menegaskan jika diri-Nya suci dari kezaliman dan mengharamkan perbuatan zalim. Zalim secara bahasa berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Sedangkan menurut syariat adalah tidak menempatkan pada yang haq atau lawan dari kata adil. Ini mustahil bagi Allah karena Allah Maha Adil dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Masalahnya kita sering lupa diri, sering tidak sadar bahwa kita adalah hamba sehingga lalai dari memandang dan mengenali betapa sempurnanya keadilan Allah Taala. Kita seringkali menganggap diri ini hanya sebagai korban dan boneka dari takdir Allah tanpa mau melihat hikmah, keadilan dan kebaikan dibalik setiap ketentuan-Nya. Akibatnya sering muncul rasa tidak ridho kepada ketentuan Allah. Padahal Allah mustahil menzalimi hamba-hamba-Nya.

وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ

“Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Mukmin: 31)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا

“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun.” (QS. Yunus: 44)

Contohnya virus Corona, bagi orang yang tidak beriman, dia ini hanya perusak, menjadi momok yang begitu menakutkan karena telah banyak merenggut nyawa dan berdampak terhadap situasi ekonomi dan sosial kita. Sementara orang beriman tidak hanya melihat sisi itu saja, dia yakin wabah ini merupakan tarbiyah dari Allah. Bisa jadi rahmat bagi muslimin juga bisa jadi laknat bagi orang kafir. Virus Corona pun bisa menjadi sebab atau sarana seseorang muslim meraih Syahid karena sikap tawakkalnya atau seorang kafir dan munafik mendapat azab karena sikap ingkar dan kufurnya.

Seperti halnya persepektif nabi Musa as. dan nabi Khidir as. yang berbeda. Bagi nabi Musa as yang pada saat itu menggunakan akal saja. perbuatan nabi Khidir yang melubangi kapal, membangun rumah, membunuh anak kecil dipandang sebagai perbuatan zalim, tapi bagi nabi Khidir as tidak. Baginya semua itu adalah perintah Allah (yang khusus, bukan untuk ditiru awam).

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah.” (QS. An Nisaa’: 40)

Allah tidak akan berbuat buruk meskipun sekecil dzarrah. Allah Maha baik. Jika mendapat suatu ujian, kembalikan semuanya pada Allah. Allah sedang memberi saya pelajaran, Allah sedang melakukan perombakan tatanan, Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Pun saat Allah mengambil sesuatu dari kita, jangan pernah itu disebut zalim, karena semua ini milik Allah.

Allah itu Maha Cahaya. Dia memerintahkan kita agar tidak dzolim karena kazaliman itu akan menjadi kegelapan yang berlipat diakhirat nanti.

نِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ». متّفق عليه

Dari Ibnu ‘Umar –radhiallaahu ‘anhuma- dia berkata: Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat”. (Muttafaqun ‘alaih)

Perbuatan dzalim akan menjadi naungan kegelapan di akhirat. Dan orang yang dzalim akan langgeng di neraka. dan dzalim terbesar adalah syirik, mensekutukan Allah. Na’udzubillaah

Jangan zalim jika tidak ingin dizalimi. Jika kita dizalimi, pandang bahwa Allah sedang mendidik kita agar menjadi hamba yang lebih kuat dan tangguh yang mampu menghadapi setiap ujian dengan sabar dan syukur. Sehingga tidak ada lagi kegalauan atau ketakutan akan qadha dan qadar Allah kedepannya.

Jagalah hati agar tidak zalim dengan selalu “eling lan waspodo”. Mengingat dengan dzikir dan membuat penjagaan dengan dzikir pula. Selami hizib, baca doa tolak bala setiap hari, Hizb Nawawi setiap pagi dan Hizb Bahr setiap sore. Dan Laa Haula wa Laa Quwwata illaa Billah al-‘Aliyyi al-‘ Azhim, Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Sadarkan dan pahamkan dalam diri, jika tidak mau dizalimi orang lain maka jangan pernah menzalimi orang.

Saat umat saling bertentangan, hakikatnya bukan karena berbeda, hanya saja kita belum diberi pemahaman tentang kebenaran. Sebagai Muslim, jika ada pertentangan lebih baik kita mengalah, bukan malah ikutan berebut bagian, kecuali jika memang ada tujuan tertentu untuk kebaikan banyak orang.

Hadits qudsi sebagian besar berisi nasihat dan menjelaskan akhlak. Tidak ada satupun perbuatan dan perkataan nabi kecuali semuanya adalah wahyu karena Rasulullah saw. adalah tajalliyaat (pancaran termurni) dari keagungan dan keindahan Allah SWT.

Kita ini hakikatnya selalu lapar. Lapar secara dzahir maupun bathin. Allah jadikan tubuh kita butuh kepada asupan makan dan minum, dan Dia jadikan bathin kita butuh kepada asupan ilmu dan petunjuk (hidayah). Dan hanya Allah yang dapat mengenyangkan lapar kita. Yakini bahwa yang membuat kenyang itu bukan makanan, ilmu atau usaha-usaha-mu, tapi semua atas kehendak Allah. Semua itu adalah asbab dan sarana yang dijadikan oleh Allah. Perhatikanlah kisah Ashabul Kahfi yang tidak makan selama ratusan tahun, tapi mereka tetap dicukupkan oleh Allah, Tetap bisa hidup. Semua itu terjadi semata-mata karena kekuasaan Allah.

Berikanlah pakaian kepada saudaramu yang telanjang (kekurangan sandang) di dunia, maka Allah akan beri kamu pakaian di Padang Mahsyar. Saat memberi saudara kita yang kelaparan, Allah akan memberi kita buah dan sayur di akhirat. Dan saat kita memberi minum orang yang kehausan, Allah akan memberi kita minuman kasturi.

Allah senang akan pengakuan dosa hambanya seperti kita lihat dalam kisah nabi Adam as. dan Nabi Yunus as. Buat apa ada nabi dan auliya kalau tidak untuk kita contoh dan teladani. Allah senang saat kita merasa telah menzalimi diri sendiri. Merasa bahwa diri ini adalah tempatnya khilaf dan salah. Bertaubatlah, senantiasa kembali dan memasrahkan diri kepada-Nya. Membiasakan taubat akan membuat kita sadar sebagai hamba yang selalu membutuhkan ampunan dan kasih sayang Allah.

Namun ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang syirik (mensekutukan Allah) dalam penghambaannya. Bukan hanya syirik yang nyata, tapi juga syirik yang halus, syirik yang khofi atau tersembunyi. Syirik khofi ini adalah penyakit utama, bibit berbagai macam penyakit dalam hati. Jadi, sudah murnikah tauhid kita selama ini?.

Larilah menuju ampunan Allah, maka kau akan diampuni. Syaratnya taubat, mohon ampun dengan memperbanyak istighfar.
Imam Syadzili menyarankan kita untuk memperbanyak mengucapkan Alhamdulillah, mensyukuri setiap nikmat, sehat, rizki dan nikmat nikmat lain yang sangat berlimpah. Memperbanyak istighfar. Memohon ampunan atas amal-amal kita yang belum murni. Dan memperbanyak hauqalah (laa haula walaa quwwata illaa billaahi al-‘aliyi al-‘azhim).Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung.

Orang yang sudah wushul ilaa Allah (Sampai dan sambung kepada Allah) pada tingkatan ma’rifat. Dia akan menjadi sosok yang merdeka. Saat dititik itu, ia tidak akan merasa takut atau khawatir, karena yakin segala apa yang dibutuhkan sudah dicukupkan oleh Allah. Hakikat kehambaan itu kosong, ibarat gelas yang kosong. Allah yang akan mengisi dengan segala macam hal. Tingkatkan sifat kehambaan dalam diri kita dengan menyelami sifat-sifat Allah. Sifat Jalal (Keperkasaan) dan Jamal (Keindahan) yang akan menunjukkan kepada sifat Kamal (Kesempurnaan-Nya). Kenali dirimu maka kau akan mengenali Tuhanmu. Gunakan daya ikhtiar yang Allah anugerahkan kepada kita semaksimal mungkin.

Belajar menyelami hakikat salah satu caranya dengan berkumpul bersama ahli dzikir, bertawasul kepada kekasih-kekasih Allah. Sehingga dibimbing secara ruhani untuk mendekat kepada Allah. Jika belum bisa menjadi ahli dzikir, mengajilah terus untuk menambalnya.

Semua umat muslim akan masuk surga selama ada kalimat laa ilaaha illaa Allah dalam hati dan karena kita selalu saling mendoakan muslimin wal muslimat, wal mukminin wal mukminat. Dengan membacakan istighfar untuk mereka. Dan memberi salam kepada seluruh mahluk Allah. Namun persoalannya bukan masuk surga saja, tapi kita juga ingin menjadi seperti para sahabat Rasulullah saw. Kita mohon kepada Allah untuk masuk kedalam jannatul qurbah (surga kedekatan), masuk surga tanpa hisab.

Hadits ke-24 dalam kitab Arbain Nawawi ini syarat akan makna akidah, ketaatan, dan poin-poin ma’rifat.

Sadarilah ketidakberdayaan kita dengan :
1. Memperbanyak amal sholeh tapi tidak merasa jika itu adalah kita yang melakukan, tapi karena kehendak dan pertolongan Allah.
2. Jika lalai dan melakukan dosa segera mengakui dosa dan bertaubat. Pengakuan dosa dan rasa bersalah yang dibarengi taubat akan melahirkan sifat faqir pada diri seorang hamba dan akan diberi ampunan oleh Allah.

Kita ini tidak punya apa-apa, maka ucapkan terimakasih atas segala sesuatu. Tidak ada sekularisasi dalam Islam. Allah seneng dijadikan sandaran, Allah pun akan marah jika tidak menjadi sandaran dan menjadi tumpuan segala permintaan hamba-Nya . Para kekasih Allah dapat menjadi orang yang sukses dunia akhirat karena doa-doa nya yang baik dan munajat-munajat yang indah yang terkumpul menjadi hizb-hizb mereka. Dari situ kita harus belajar bagaimana berdoa yang baik, bukan seperti doa budak yang memaksa tuannya, tapi doa seorang hamba yang menyandarkan semua kebutuhannya hanya pada Allah. Pun doa terbaik tidak harus dalam bahasa Arab saja tapi bahasa kalbu.

IKHLAS itu rahasia Allah. Tidak bisa direkayasa. Ikhlas itu seperti saat kita buang air dan kita merasa lega dan tidak pernah kita ingat-ingat lagi. Seperti itulah ikhlas dalam beramal. Belajarlah untuk selalu menerima ketetapan Allah, menerima segala ketentuan dan konsekuensi baik atau buruk : belajar Ridho. Dalam hadits Allah berfirman:

الإنسان سري و أنا سره

“Manusia itu rahasia-Ku, dan Aku adalah rahasianya”.

Diantara makna kalimat rahasia-Ku” dalam hadits qudsi tersebut adalah ; manusia itu “sirri rasa Ikhlasnya”.Hanya Allah saja yang tahu. Ikhlas itu, saat ibadah dan dzikir kita tidak ada tedeng penghalang, kepentingan, termasuk hajat. Kalau ibadah dan wirid seseorang karena Hajat kebutuhan duniawi, dari level 1-10 mungkin dia ada di level 2 atau 3. Tapi kalau kita sudah beribadah dan berdzikir tanpa ada alasan lain kecuali hanya karena Allah, inilah level kesepuluh. Ia telah fana, melebur dalam setiap alunan dzikirnya.

Keikhlasan dan ketulusan dalam beramal dapat diraih dengan :

1. Melakukan segala sesuatu hanya untuk Allah. Jika kita sudah berniat seperti itu pada awal perjalanan tapi saat prakteknya mulai ada rasa ingin dilihat, didengar oleh makhluk, tambal dengan dizkrullah. Dzikir setiap saat hingga tanpa kita sadari segala amal kita hanya untuk Allah.
2. Membangun kesadaran diri bahwa kita adalah hamba.
3. Mengakui bahwa kita banyak dosa dan maksiat sehingga merasa kita adalah hamba yang hina.

Kemurnian itu akan menghasilkan kemurnian berikutnya. Emas tidak akan menjadi emas murni kalau masih ada campuran dalam prosesnya.

Diantara campuran-campuran yang merusak kemurnian itu adalah nafsu. Nafsu harus dididik. Dari mulai nafsu amarah, lawwamah hingga mutmainnah. Ketentraman itu ada dalam nafsul mutmainnah. Baik dari segi Ahwal dan rasa seseorang yang telah mencapai nafsu mutmainnah tidak ada ketakutan dan kegalauan dalam menghadapi apapun. Dia tidak mencemaskan masa lalu karena senantiasa memohon ampun pada Allah dan tidak mengkhawatirkan masa depan karena yakin Allah pasti akan mencukupkannnya. Jiwanya adem, tenang dari dalam dan terpancar keluar sehingga menjadi magnet untuk orang di sekitar dan juga menjadi penenang kepada lingkungannya. Ia telah sampai pada puncak kesadarannya sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.

Wirid yang menyadarkan itu perlu berproses. Ngaji sana sini, ikut banyak majelis. Tapi pertanyaannya, apakah selama ini ngaji-ngaji kita itu sudah menyadarkan? Memfanakan diri? Meniadakan diri?Memfaqirkan diri? Sekali lagi kami ingatkan, cara awal untuk menjaga keikhlasan adalah dengan banyak berdzikir.

Jangan ngurusi pahala dzikir, jangan itung-itunganan sama Allah, karena nanti Allah akan berhitung dengan cara kita juga. Wirid ya wirid saja. Ketika kita bisa optimalkan husnudzon pada Allah, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda. Memang lebih utama dzikir hati daripada dzikir dengan lisan saja. Tapi bagi mubtadi’ (salik diawal perjalanannya) baiknya memperbanyak dzikir jahr, keraskan, untuk menumpu kerasnya hati. Seiring berjalannya waktu dengan pertolongan Allah akan bisa dzikir hati, bahkan dzikir dawam.

Tingkatkan kualitas dzikir Kita seraya berharap dan berdoa. “Ya Allah jadikan wiridku penenang untuk hatiku, jadikan wirid ini sebagai perantara untuk menggapai jalan ma’rifat mu”. Bercita-cita dalam hal spiritual itu dibolehkan, tapi tidak boleh memaksa karena maqom dan ahwal spiritual itu anugerah Allah yang tidak dapat dipaksakan dan diaku-aku begitu saja.

Jangan lalai dalam mengingat Allah. Kita ini selalu membutuhkan Allah, bukan hanya saat kehilangan tapi disetiap saat bahkan hembusan nafas kita. Selalu berdoa memohon perlindungan dan kepsrahan diri kepada Allah SWT.

Diantara adab batin yang utama dalam berdoa adalah, pertama memohon bertambahnya rasa kehambaan. Kedua doa yang menggantungkan, menyandarkan setiap kebutuhan pada Allah. Dan yang ketiga memohon keridhaan akan setiap ketetapan yang Allah berikan.

Nikmat yang melalaikan? Istidraj namanya. Nikmat uang menjadikan kita semakin jauh dari Allah. Sehingga penting untuk kita selalu terjaga dalam komunitas, memiliki mursyid pembimbing yang memberi petunjuk kepada jalan ma’rifat. Ma’rifat ini bisa menjadi cahaya dan magnet untuk orang-orang. Ingatlah selalu bahwa datangnya nikmat itu bersamaan dengan hasad (kedengkian) . Sehingga saat mendapat nikmat, kita harus bersyukur dan segera bersedekah untuk mengusir hasad, niatkan untuk mensyukuri nikmat Allah. Besarnya bebas, bisa 5% (Lima persen) atau lebih besar lagi.

Jika kita tidak bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan didunia dan di akhirat sebab lalai dari mengingat Allah dan mentaati-Nya, maka janganlah mencela siapapun kecuali dirimu sendiri.

Pesan cinta Ramadhan dari Kyai Nafis

15 menit menjelang buka puasa jangan ngabuburit dengan hal yang sia-sia, jangan nonton tv, jangan hapean saja, itu bagi orang awam, bukan ahli ilmu. Jangan selfie-selfiean, mau buat siapa? Foto cantik-cantik bikin maksiat mata dan pikiran orang. Upload makanan bikin ngiler, tapi ga ngasih orang, sama tetangga yang mungkin kelaparan cuek.

Bagi yang kepala rumah tangga ajak keluarganya untuk duduk di meja makan atau ruang keluarga. Baca Hizb bersama, doa tolak bala atau sholawat sampai menjelang buka puasa. Karena doa orang yang berpuasa itu mustajab, apalagi kumpul bersama keluarga, berdoalah bersama untuk meminta perlindungan dan rizki. Setelah sahur menjelang berpuasa pun perbanyakan doa minta pertolongan dan perlindungan kepada Allah agar bisa menjalankan ibadah puasa sebaik-baiknya. Ingat Puasa ahli thoriqah bukan hanya tahan lapar dan haus saja, tapi juga tahan Indra. Jangan sering terlena melakukan hal yang mubah, karena dikhawatirkan bisa kebablasan dan membawa kepada hal yang makruh bahkan haram. Apalagi disaat berpuasa.

Semoga Allah selalu beri kita kekuatan dalam ibadah, Istiqomah, rasa syukur, sabar dan ikhlas. Aamiin

Tentang Hizib Nawawi

Hizib ini digubah saat Imam Nawawi mendapat tekanan hebat dari penguasa yang tidak senang dengan fatwa-fatwa beliau. Bacaan pada Hizb bisa sedikit berbeda dalam redaksi, tergantung sanadnya. Ada yang melalui jalur thoriqoh, ada juga lewat jalur samping yakni melalui khodimnya.

Semua yang kita tulis, kita ucap, ada energi nya. Apalagi kalimatut Thayyibah berupa doa nabawiyah dan ayat-ayat Qur’aniyah. Jelas akan mengalirkan energi positif baik kepada yang membaca, mendengarkan atau yang membawa tulisan itu.

Bolehkah mengalungkan Hizb Nawawi pada anak (dijadikan ajimat)? Boleh, namun kami tidak menyarankan, karena di dalam hizb itu ada ayat-ayat al-Qur’an dan asmaa’ Allah dan doa-doa Nabi-Nya. Dikhawatirkan seseorang itu apabila masuk ke kamar mandi. Kecuali jika dia bisa melepas setiap ke kamar mandi.

Adapun diantara adab menulis wifiq. Dalam keadaan suci, menggunakan kertasa putih yang baru, pena baru bermisk, menahan nafas ketika menulis setiap perhuruf. Saat menulis pun lihat dulu niatnya untuk apa. Namun hati-hati hal semacam ini bisa terperosok dalam kesyirikan karena berpikir yang menolong adalah bacaan Hizb, wifiq dan jimat, bukan Allah.

Padahal hakikatnya Hizb hanyalah sarana doa, kumpulan gubahan doa dari para kekasih Allah. Ibaratnya wali adalah apoteker, peracik obat hati yang insyaAllah manjur. Apoteker meracik obat spesifik, sedangkan dokter yang berwenang memberi resepnya. Sama seperti thoriqoh, ada mursyid, muqoddam, khodim, dan lainnya.

Wallahu A’lam bisshawaab

RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.00 – 08.00 WIB Sabtu-Senin 2 – 4 Ramadhan 1441 / 25-27 April 2020)