Maulana Syekh As-Sayyid Zakaria Ahmad Altaleb Al-Huseini, Maulana Syekh Dr. Abdul Muniem bin Abdul Aziz bin Shiddiq Al Ghumari Al Hasani, KH. Ahmad Marwazie dan Khodimu Zawiyah Arraudhah yang juga Ketua Jatman DKI Jakarta KH Muhammad Danial Nafis berjalan saat akan berziarah ke makam Habib Ali di Jalan Kembang V, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Minggu (22/7/2018). Ziarah ke makam adalah salah satu rangkaian acara Haul Akbar "Qutbhul Aqthab Wa Kahfun Amnith Thullab"_ Al-Imam As-Syayyid Syekh Abu alHasan Ali Asy-Syadzili QS ke-783 di Zawiyah Arraudhah Jakarta. AKTUAL/Ahmad Warnoto

๐Ÿฅ€Matan Hadits

ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑู’ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ : ุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุจูู…ูŽู†ู’ูƒูุจูŽูŠู‘ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ : ูƒูู†ู’ ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽูƒูŽ ุบูŽุฑููŠู’ุจูŒ ุฃูŽูˆู’ ุนูŽุงุจูุฑู ุณูŽุจููŠู’ู„ู . ูˆูŽูƒุงูŽู†ูŽ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู : ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู…ู’ุณูŽูŠู’ุชูŽ ููŽู„ุงูŽ ุชูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ุงู„ุตู‘ูŽุจูŽุงุญูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุตู’ุจูŽุญู’ุชูŽ ููŽู„ุงูŽ ุชูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงุกูŽุŒ ูˆูŽุฎูุฐู’ ู…ูู†ู’ ุตูุญู‘ูŽุชููƒูŽ ู„ูู…ูŽุฑูŽุถููƒูŽุŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุญูŽูŠูŽุงุชููƒูŽ ู„ูู…ูŽูˆู’ุชููƒูŽ .
[ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ]

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahuโ€™alaihi wasallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara โ€œ, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu โ€œ (HR. Imam Bukhori)

Faedah, Tanbih dan Hikmah Hadits

Memegang pundak menunjukkan keakraban dan perhatian khusus Rasulullah saw. terhadap Ibnu Umar ra. dan terbukti, sepeninggal khulafaur rasyidin, Abdullah bin Umar ra. menjadi salah satu sahabat yang menjadi rujukan para tabi’in.

Dunia adalah apa-apa yang bisa melenakan dan melalaikan kita dari Allah swt. Pada hakikatnya, dunia adalah segala sesuatu selain Allah Ta’ala. Segala sesuatu selain Allah tentu hakikatnya fana dan tidak ada. Adapun maqam zuhud adalah saat dalam hati tidak pernah terbesit dan meniadakan keinginan duniawi.

Memakai baju bagus bukan berarti tidak Zuhud, namun wujud syukur nikmat. seperti Syekh Abul Hasan Assyadzili yang selalu berpakaian baik dengan niat bersyukur pada Allah. Percuma berpakaian compang-camping jika niatnya ingin terlihat zuhud.

Zuhud menurut Imam Al-Ghazali adalah ketika tidak ada ketergantungan maupun lintasan keinginan terhadap dunia. Tapi juga bukan berarti meninggalkan dunia. Namun hanya mengambilnya sekedar kebutuhan, bukan untuk bermegah-megahan dan menuruti nafsu. Jadikan Dunia sebagai sarana ibadah, jadikan dunia itu di tanganmu namun jangan sampai dunia masuk ke dalam hatimu. Karena cinta dunia dan kebodohan adalah pangkal dari segala kemaksiatan.

Imam Ali krw. berkata, “Dunia berjalan meninggalkan (manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masing mempunyai penggemar, karena itu jadilah engkau penggemar akhirat dan jangan menjadi penggemar dunia”.

Tanda cinta dunia diantaranya, rasa sedih dan susah saat kehilangan sesuatu dan senang bukan main saat mendapatkan rezeki sampai lupa bersyukur. Ingat, Dunia bukanlah tumpuan, tapi sarana menuju Allah.

Jangan suka menunda-nunda pekerjaan. Apalagi berkaitan dengan ibadah. Berfikirlah, Apakah sore nanti kita masih punya waktu dan kesempatan?. Apakah sore nanti kita masih hidup?.

Mukmin sejati pastilah memiliki etos kerja, efektifitas dan efisiensi manajemen waktu yang baik. Ketika sehat, fungsikan kesehatanmu untuk beribadah kepada Allah. Sadari bahwa waktu itu seperti pedang.

Kerjakanlah sekarang, belum tentu nanti sore kita masih hidup. Jangan menyia-nyiakan waktu dan hargai setiap momentum yang Allah berikan, karena boleh jadi kesempatan yang kita miliki tidak akan terulang lagi.

Salah satu tanda akhir zaman adalah waktu terasa begitu cepat karena kita tidak mensyukuri dan menjaganya, seolah waktu berjalan begitu saja.
Maka hargailah setiap momentum, apapun itu. Entah ketika berkumpul dengan keluarga, ikhwan, guru atau ketika berdoa diwaktu-waktu mustajabah.

Seperti seorang musafir, mengutamakan keselamatan, kehati-hatian dan kelancaran perjalanan. Memperhatikan bekal, waktu ia miliki, petunjuk dan teman perjalanan. Sadari dan lihatlah, betapa jauhnya perjalanan ini, betapa sedikitnya bekal dan waktu yang kita punya. Namun kita selalu saja bersantai-santai.

Sadar, sehingga kita tidak sewenang-wenang pada diri sendiri, orang lain maupun setiap karunia yang Allah berikan.

Amal dunia dan akhirat itu perbedaannya ada di niat. Amal dunia bisa menjadi amal akhirat ketika diniati untuk ibadah. Pun amal yang terlihat untuk akhirat bisa menjadi amal dunia.

Seperti seorang suami yang bekerja, nampak seperti mencari dunia, namun jika niatnya untuk memperoleh rejeki yang halal, untuk menghidupi keluarga, itu terhitung ibadah.

Atau saat shodaqoh namun riya’. Atau mengatasnamakan agama ketika berbisnis namun menipu, naudzubillah.

Orang yang ‘arif tidak membedakan antara perkara dunia atau akhirat. Baginya setiap gerak di dunia ini bisa menjadi ladang ibadah dan sarana pengabdiannya kepada Allah swt.
__

Wallahu aโ€™lam bisshawaab

Resume Kajian Dhuha Kitab Arbain Nawawi Bersama KH. Muhammad Danial Nafis Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 05. 30- 07.00 WIB Sabtu 24 Ramadhan 1441 / 16 Mei 2020)