Semarang, Aktual.com – Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mengklaim industri perbankan syariah sampai kini masih aman dari efek depresiasi nilai tukar rupiah terhadap kurs Dollar Amerika Serikat (USD).

“So far, sampai saat ini dampak langsungnya saya belum merasakan banget. Tapi kita masih menunggu apa yang akan terjadi,” kata Ketua Bidang Edukasi dan Literasi DPP Asbisindo, Koko T Rachmadi, usai acara IB Vaganza di Mall Ciputra, Semarang, Kamis (20/8).

Namun Koko enggan berkomentar banyak soal merosotnya nilai tukar rupiah. Yang jelas, kata dia, nilai rupiah ambruk merupakan fenomena ekonomi global yang tidak hanya di Indonesia. “Saya tidak bisa komen karena itu fenomena internasional. Itu lebih ke ekonomi makro, kita yang sifatnya ‘action’,” ungkap Koko.

Menurut dia, bank-bank syariah siap melakukan apapun yang menjadi kebijakan Pemerintah demi menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar. “Kita di perbankan siap saja apa yang dilakulan pemerintah untuk mensuport ekonomi yang lebih baik,” ucap dia.

Diketahui, nilai sentimen nilai tukar rupiah mendekati Rp14 ribu terhadap kurs dolar USD. Sejalan itu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II (Agustus) cenderung bertahan 4 persen secara nasional.

Sementara, Ketua Otoritas Jasa Keuangan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, Wibowo Santoso, menyatakan stabilnya perbankan syariah di tengah merosotnya nilai Rupiah terjadi karena sistem bagi hasil. Sistem ini yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional. “Sebab, syariah tidak ada hubungannya dengan bunga. Mestinya kesempatan. Sistemnya vagi hasil. Untung kecil, besar dibagi bersama. Kalau rugi dibagi bersama,” tegas Wibowo.

Artikel ini ditulis oleh: