Setelah waterway atau moda transportasi air lintas Halimun-Karet tak lagi beroperasi, halte Karet yang terletak di belakang Stasiun Karet pun terbengkalai. Halte tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai tempat bernaung, termasuk menginap, oleh para petugas UPK Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang bekerja membersihkan Sungai Ciliwung sepanjang kawasan Sudirman-Karet.

Jakarta, Aktual.com – Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa 80 persen air tanah di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta tidak memenuhi standar tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Berdasarkan keterangan yang diterima Aktual.com, Sabtu (10/6), hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Geologi melalui Balai Konservasi Air Tanah, dalam dua tahun ke belakang dari > 200 titik sumur pengamatan menunjukkan bahwa sekitar 80 persen air tanah di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta tidak memenuhi standar Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Jakarta bagian utara merupakan wilayah terparah dimana secara umum CAT air tanahnya mengandung unsur Fe (besi) dengan kadar yang tinggi serta kandungan Na (Natrium), Cl (Klorida), TDS (Total Disolve Solid) dan DHL (Daya Hantar Listrik) yang tinggi akibat adanya pengaruh dari intrusi air asin. Selain krisis air bersih, Jakarta juga menghadapi problem penurunan muka tanah yang terjadi rata-rata 0-18,2 cm per tahun.

Dari hasil pemantauan muka tanah dengan melakukan pengukuran secara visual dan pengukuran menggunakan alat geodetic, memperlihatkan bahwa secara umum laju penurunan tanah di wilayah CAT Jakarta berkisar antara 0 – 18,2 cm/tahun dengan lokasi yang memiliki laju penurunan tanah paling cepat yaitu di daerah Ancol, Pademangan dan Muara Baru- Jakarta Utara.

Namun di sisi lain terdapat anomali di beberapa titik lokasi patok pengamatan yang mengalami kenaikan, hal ini menjadi hal menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Menurut Badan Geologi, penurunan muka tanah ini akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan. Berdasarkan catatan Badan Geologi saat ini tercatat lebih dari 4500 sumur produksi yang mengambil air tanah Jakarta untuk keperluan komersil, belum lagi sumur-sumur ilegal tidak memiliki izin pengusahaan air tanah yang tidak masuk dalam hitungan. Kondisi tersebut menyebabkan permukaan tanah Jakarta mengalami penurunan dan berdampak menjadi ancaman serius tenggelamnya Jakarta.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh: