Akumulasi gas Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan letusan Gunung Agung terjadi akibat akumulasi gas vulkanik, meski sebelumnya tidak teramati peningkatan intensitas kegempaan yang signifikan.

“Pada saat erupsi, teramati sinar api di area puncak kawah namun ketinggian kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut,”kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana dihubungi dari Denpasar.

Devy menambahkan rentetan gempa bumi tektonik di sekitar Pulau Lombok beberapa waktu lalu mempengaruhi aktivitas Gunung Agung karena getarannya berperan dalam pelepasan gas-gas vulkanik yang dimanifestasikan di permukaan dalam bentuk hembusan.

“Pada kondisi ini, akumulasi gas di kedalaman menjadi terganggu sehingga potensi erupsi justru berkurang. Selama periode ‘aftershocks’ Gempa Lombok, Gunung Agung pun tidak mengalami erupsi,” kata Devy dalam keterangannya.

Namun seiring dengan berkurangnya gempa tektonik, akumulasi gas-gas vulkanik di Gunung Agung menjadi memungkinkan dan dalam satu bulan terakhir, gempa yang terekam didominasi gempa hembusan, tektonik, dan beberapa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.