Warga mengamankan perabot rumah tangga saat banjir menggenangi permukiman di Kampung Sewu, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Minggu (19/6). Sejumlah kawasan di Solo terendam banjir akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo karena hujan lebat dari Sabtu (18/6) sore hingga Minggu (19/6) dini hari, sehingga ratusan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. ANTARA FOTO/Maulana Surya/foc/16.

Tuluanggung, Aktual.com – Ratusan hektare sawah di lima desa dua kecamatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terendam banjir bandang akibat luapan air kawasan hilir Sungai Parit Raya dan Parit Agung, sehingga menyebabkan petani setempat merugi jutaan rupiah.

Banjir masih terpantau menggenangi persawahan di satu desa di Kecamatan Bandung (Desa Ngunggahan) dan empat desa di Kecamatan Besuki (Desa Tanggul Welahan, Tanggul Kundung, Gending dan Besole) hingga Sabtu (13/8) sore sekitar pukul 17.30 WIB.

Menurut keterangan warga dan petani setempat, genangan air mencapai puncaknya pada Sabtu pagi sehingga areal persawahan di lima desa sekitar delta Sungai Parit Raya dan Parit Agung terlihat seperti danau, dampak hujan deras yang mengguyur wilayah Tulungagung dan Trenggalek sejak Jumat (12/8).

“Tadi pagi kondisinya sangat parah karena kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali di jalan pematang sawah, air juga masih mengalir deras,” kata Sutaji, petani di Desa Ngunggahan.

Saat sore genangan banjir telah menyusut, namun sebagian besar sawah yang ditanami padi usia antara 1-2 bulan nyaris tertutup air.

Saat berita ini ditulis pada pukul 19.30 WIB, hujan deras kembali mengguyur mayoritas wilayah Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek sehingga petani khawatir banjir susulan kembali terjadi dan merendam persawahan mereka.

“Setiap sawah dengan luasan 100 meter persegi rata-rata kerugian kami mencapai Rp500 ribu. Itu asumsi tanaman padi usia satu bulan dengan menghitung biaya bibit, jasa bajak, tanam hingga perawatan,” ujarnya.

Kondisi sawah yang terendam banjir membuat petani tidak bisa berbuat banyak, karena air yang menggenangi sawah mereka tidak bisa dibuang.

Para petani hanya terlihat menunggu dari tepi areal persawahan yang masih kering pada pagi hari hingga siang, sementara sebagian warga lain memanfaatkannya untuk mencari ikan di petak-petak persawahan yang terendam.

“Kondisi separah ini jarang terjadi. Selain faktor hujan deras sejak Jumat (12/8), banjir parah ini disebabkan pintu air di Bendung Niama yang dikelola Perum Jasa Tirta tidak dibuka sehingga permukaan air di area hilir naik dan meluber ke persawahan sekitarnya,” tutur Mulyono, anggota Kelompok Tani Desa Ngunggahan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung Suroto mengatakan, banjir di sejumlah desa di Tulungagung bagian selatan dan barat tersebut dipicu oleh tingginya debit air dari daerah hulu, termasuk dari arah Trenggalek melalui aliran Sungai Parit Raya.

“Saat ini jumlah atau luasan areal sawah yang terendam masih dihitung oleh Dinas Pertanian dan Hortikultura,” ucapnya.

Suroto memastikan tidak ada laporan korban jiwa dalam peristiwa alam tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

(Ant)

Artikel ini ditulis oleh: