Warga mencari barang-barang yang masih bisa dipergunakan dari kios miliknya yang roboh akibat gempa di Pasar Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, Kamis (8/12). Gempa 6,5 SR yang berpusat di Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu (7/12), menyebabkan lebih dari 100 orang tewas, ratusan orang luka-luka, dan ratusan bangunan rusak. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./kye/16

Jakarta, Aktual.com – Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuka posko Solidaritas Aceh Peduli Sesama melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) untuk membantu warga yang terkena dampak gempa 6,4 SR yang berpusat di Pidie Jaya, Aceh.

Tim Medis MDMC, dr Aslinar, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Minggu (11/12), mengemukakan pentingnya ruang laktasi bagi ibu menyusui di tempat pengungsian. Ruang laktasi ini agar ibu-ibu yang mempunyai si kecil mendapatkan tempat yang tepat ketika menyusui.

“Ruang laktasi bagi ibu menyusui ini sangat penting di tempat pengungsian agar ibu bayi mendapatkan privasi ketika menyusui,” katanya di Posko Muhammadiyah Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.

Disampaikan, membiasakan bayi usia 0 – 6 bulan untuk mengkonsumsi susu formula sangatlah riskan. Mengingat pemberiannya di saat situasi darurat kerap muncul efek seperti alergi susu sapi, diare, kembung serta muntah.

“Pada dasarnya Air Susu Ibu (ASI) merupakan susu yang tidak tergantikan untuk bayi,” ujarnya.

Di sisi lain, ketika ketergantungan bayi pada susu formula muncul, seorang ibu terutama pada keluarga yang tidak mampu akan kewalahan membeli susu formula manakala bantuan susu formula ketika bencana dihentikan.

Dr Aslinar juga mengatakan ketersediaan akses penyajian susu formula untuk bayi pasca bencana menghadapi banyak kendala. Salah satunya terkait ketersediaan air panas yang bersih serta sterilnya botol dot.

“Pendekatan dan dorongan kepada ibu menyusui untuk melanjutkan progam laktasi haruslah dilakukan oleh pihak – pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana, terutama petugas – petugas yang berada di tempat pengungsian,” jelasnya. (Soemitro)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid