Petugas berjaga di atas Kapal Patroli BC 60001 saat peresmian dan uji coba kapal tersebut di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, Jumat (23/10). Kapal yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja petugas terutama meminimalisir penyelundupan melalui perairan Indonesia tersebut merupakan kapal buatan Indonesia dan kapal terbesar yang dimiliki Bea dan Cukai dengan panjang kapal 60 meter dan lebar 8,5 meter. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pd/15

Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, mengatakan, banyaknya kasus penyelundupan narkoba melalui laut ke Indonesia yang digagalkan aparat penegak hukum merupakan momentum untuk mengganti alat komunikasi (alkom) yang lebih canggih.

Mempercanggih alat komunikasi itu diperlukan guna memperoleh hasil lebih maksimal sehingga Indonesia terbebas dari penyelundupan narkoba.

“Keberhasilan untuk menggagalkan penyelundupan narkoba ke Indonesia patut diapresiasi. Ini merupakan momentum perbaikan alat utama sistem senjata (Alutsista) dan alat komunikasi,” kata Sahroni, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin (26/2).

Untuk peningkatan alutsista diingatkan Sahroni tak hanya mengedepankan kehebatan atau wewenang salah satu instansi elaka. Selain Polri dan Bea Cukai, alutsista TNI AL juga harus ditingkatkan sebagai lenjaga kedaulatan di Indonesia, khususnya di jalur masuk laut.

Demikian pula untuk alat komunikasi, semua alat komunikasi yang ada di semua instansi harus lebih canggih dari milik para penyelundup. Modernisasi alutsista dan alkom mutlak dilakukan karena diyakini jumlah narkoba yang berhasil masuk ke Indonesia lebih besar dari yang tertangkap.

“Peningkatan alutsista, alat komunikasi dan perlatan IT harus ditingkatkan. Tak hanya Polri dan Bea Cukai, TNI AL sebagai garda terdepan perbatasan di laut juga harus ditingkatkan. Untuk menjadikan Indonesia bersih dari narkoba, persenjataan, alat komunikasi hingga IT kita tak boleh kalah canggih dari para penyelundup,” tegas politisi NasDem ini.

Sahroni menekankan pemberantasan narkoba jangan secara parsial atau mengedepankan ego masing-masing institusi.

“Penggagalan penyelundupan ini menggambarkan semakin gencarnya upaya membebaskan Indonesia dari narkoba. Sinergitas harus dijaga, jangan masing-masing merasa hebat dan ingin mengedepankan citra kinerjanya lebih dulu,” katanya.

Masih banyaknya jumlah narkoba lolos ke Indonesia sebelumnya telah disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso pada Oktober tahun lalu. Ia menyebutkan sebanyak 1097,6 ton prekursor dan 250 ton sabu yang sudah siap pakai setiap tahunnya masuk ke Indonesia dari China.

Selain menyoroti sinergitas penggagalan penyelundupan, Sahroni sebelumnya turut menyoroti maraknya artis yang tersangkut kasus narkoba dan bahkan terindikasi sebagai pengedar.

Tes urine artis Beberapa hari lalu Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya menangkap pesinetron Rizal Djibran di rumahnya di kawasan Bekasi dengan barang bukti sabu 0,66 gram serta alat hisapnya.

“Kita mendukung BNN untuk melakukan kerja sama dengan perhimpunan atau perkumpulan artis untuk melakukan tes urine. Rentetan tangkapan artis yang mengonsumsi narkoba di awal tahun ini menggambarkan rentannya profesi ini terhadap narkoba,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPD Gerakan Anti Narkotika (Granat) Jawa Timur, Arie Soeripan Tyawatie menilai BNN harus melakukan tes urine kepada semua artis untuk memastikan mereka yang menggeluti profesi tersebut tidak terjerat narkoba.

Bahkan menurut dia,bukan hanya tes urine sebagai deteksi dini. Hukuman sosial sebaiknya juga perlu diterapkan terhadap artis yang terbukti mengonsumsi atau mengedarkan narkoba.

“Peredaran narkoba di artis ini sudah sangat parah. Rehabilitasi juga kadang salah kaprah dipergunakan. Karena sedikit-sedikit direhabilitasi. Padahal ada ketentuan sekian persen baru bisa direhab,” ujarnya.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara