Perajin membuat tempe dari kedelai impor di sentra industri tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (29/5). Perajin tempe di kawasan tersebut mengaku kewalahan memenuhi permintaan pada bulan Ramadan yang melonjak hingga dua kali lipat sehingga mereka harus melipatgandakan produksi dari 50 lonjor menjadi 110 lonjor tempe per hari. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/ama/17.

Jakarta, Aktual.com – Bareskrim Polri menyelidiki dugaan penimbunan kedelai pasca kenaikan harga kedelai nasional. Penimbunan kedelai dan dugaan permainan harga oleh spekulan itu diduga mengakibatkan kelangkaan kedelai.

Penyelidikan dilakukan oleh tim satgas Pangan Polri di sejumlah wilayah di Indonesia. Kabareskrim Polri Komjen Pol. Listyo Sigit bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menyatakan telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng dan Bekasi.

“Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu,” jelas Komjen Listyo Sigit dalam keterangannya, Selasa (5/1/2021).

Awal tahun 2021, harga kedelain mengalami kenaikan. Kenaikan harga kedelai itu membuat sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1-3 Januari.

Kenaikan harga kedelai di dinilai membebani pengusaha. Kenaikan harga kedelai di kisaran angka Rp9.000 dari semula sekitar Rp7.000 per kilogram.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengklaim telah menurunkan tim untuk mencari sumber masalah mogok produksi oleh produsen tahu tempe. Pemerintah menjamin pasokan kedelai akan segera stabil.

Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menambahkan, Polri telah memiliki data dan analisa ketersediaan serta kebutuhan kedelai secara nasional.

“Kami telah koordinasi dengan Kementrian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan sejumlah pihak lain untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak sejak beberapa hari lalu,” kata Helmy.

Helmy juga menyebutkan bahwa perkembangan global di masa pandemi Covid-19 turut memengaruhi harga kedelai di pasar dunia.

“Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6 persen dari harga awal 435 US dolar menjadi 461 US dolar per-ton,” jelas Helmy.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin