Jakarta, Aktual.co — Setelah Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, pada Senin (17/11) malam, banyak kalangan terutama masyarakat yang menolaknya.
Sebab, kebijakan pemerintah yang diduga didorong oleh tiga menteri di Kabinet Kerja yang merupakan antek neolib terebut tidak pro rakyat, melaikan pro pasar internasional.
Hal itu yang memicu terjadinya banyak aksi unjuk rasa di seluruh wilayah Indonesia. Aksi di Medan, Sumatera Utara ratusan mahasiswa yang tergabung dari USU, KAMMI, GMNI, HMI mendatangi kantor Pemko Medan sejak Senin (17/11) malam, hingga, Selasa (18/11) pagi.
Ratusan mahasiswa itu bahkan memblokir jalan sekaligus membakar ban bekas menuntut pemerintah tidak menaikan harga BBM bersubsidi.
Selain di Medan, di Padang aksi unjuk rasa penolakan penaikan harga BBM subsidi juga terjadi.
Bahkan, ratusan mahasiswa yang menolak penaikan harga BBM itu bentrok dengan Polisi. Bentrokan berawal dari upaya mahasiswa yang akan memblokir jalan karena aspirasi yang ingin disampaikan ke Anggota DPRD Sumatera Barat tidak mendapatkan tanggapan.
Sementara di Sumatera Selatan, ratusan mahasiswa dari KAMMI, PMII, dan BEM fakultas yang ada di Sumsel, melakukan aksi demo dan memberikan tiga tuntutan rakyat kepada pemerintah yang salah satu isinya adalah mencopot menteri pro neolib, terkait penaikan harga BBM.
Salah satu tuntutan yang digaungkan oleh mahasiswa adalah Presiden Jokowi menurunkan menteri-menteri yang merupakan antek neolib.
“Turunkan menteri neolib, penipu kebijakan penaikan BBM,” kata Febri, peserta aksi mahasiswa, saat dihubungi Aktual Network, Selasa (18/11).
Ada tiga menteri yang dianggap mahasiswa sebagai antek neolib, yaitu Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said, dan Menko Perekonomian Sofyan Djalil.
Selain dibeberapa kota di pulau Sumatera, di pulau Jawa aksi penolakan penaikan BBM juga terjadi. Mahasiswa PMII Kota Malang melaksanakan Salat Gaib sebagai simbol wafatnya pemerintahan saat ini. Hal ini dilakukan dalam rangka unjuk rasa menolak penaikan harga BBM.
Mahasiswa juga melakukan aksi sembelih potong ayam sebagai simbol akan tewasnya revolusi mental yang selama ini didengungkan oleh Jokowi-JK.
Masih di Malang, Mahasiswa HMI Cabang Malang menduduki SPBU di Jalan Veteran Kota Malang. Aksi ini merupakan bentuk protes terkait penaikan harga BBM yang diumumkan pemerintah.
Dalam orasinya, salah seorang orator menyebut Jokowi adalah penipu ulung yang mampu mengelabuhi rakyat karena menaikkan harga BBM.
“Jokowi seperti Mussolini, kejam, belum 100 hari sudah naikkan harga BBM,” kata orator, Selasa (18/11) dini hari.
Hal serupa juga terjadi di Surabaya. Aksi unjuk rasa penolakan penaikan harga BBM subsidi dilakukan di kantor Pertamina, jalan Jagir Surabaya, Selasa (18/11).
Bahkan, sejumlah aktivis mahasiswa yang tergabung dalam PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Surabaya terlibat adu fisik dengan anggota polisi serta sekuriti pertamina. Akibatnya, beberapa mahasiswa luka-luka.
Ratusan massa dari element buruh dan mahasiswa menggelar aksi penolakan penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (18/11).
Berdasarkan pantauan Aktual Network, aksi ratusan buruh diwarnai dengan teaterikal yang menampilkan sosok pocong dan petani. Ilustrasi skenario itu untuk menggambarkan demokrasi di Indonesia telah mati dan tidak berpihak kepada buruh.
Demonstrasi mahasiswa yang menolak penaikan harga BBM juga dilakukan dengan aksi tanpa busana oleh salah seorang mahasiswa, di Yogyakarta, Jawa Tengah.
Aksi tanpa busana yang dilakukan merupakan bentuk kekecewan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-JK yang menaikan harga BBM.
“Pemerintahan Jokowi pembohong. Kabinet Jokowi-JK menyalahgunakan kepercayaan rakyat dengan menaikan harga BBM,” kata Achmad Zuhri, mahasiswa yang melakukan aksi tanpa busana, di Jogjakarta, Senin (18/11) malam.
Sementara di NTT, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan rakyat tolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (Gertak BBM) Nusa Tenggara Timur, meneriaki Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang dinilai takut kepada Presiden Joko Widodo.
Hal ini dilakukan saat melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan kantor Gubernur NTT.
Untuk di wilayah Jakarta sendiri, aksi unjuk rasa menolak penaikan harga BBM bersubsidi terjadi di beberapa titik. Bahkan, setelah pemerintah mengumumkan harga baru BBM subsidi, mahasiswa yang tergabung dari HMI langsung melakukan aksi unjuk rasa menolak penaikan harga BBM.
Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam itu memblokade Jalan Cikini, Jakarta, tepatnya di depan salah satu restoran cepat saji, Senin (17/11) malam.
Selain Himpunan Mahasiswa Islam, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) juga melakukan aksi serupa. Mereka melakukan aksi itu di depan gedung Kementerian ESDM, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (18/11) sore.
Pada malam hari ini, aksi penolakan harga BBM juga dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Nasional (Unas), mereka menggelar aksi demonstrasi menuntut Presiden Joko Widodo untuk menurunkan harga BBM bersubsidi.
Mereka menggelar aksi unjukrasa tersebut di depan kampus Unas, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (18/11) malam.
Sementara itu, Mahasiswa Universitas Jayabaya juga melakukan aksi serupa dengan cara memblokir jalan di depan kampus mereka, di Jalan Ahmad Yani, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Aksi yang digelar sejak pukul 18.30 WIB itu dibubarkan Polisi sekitar pukul 22.05 WIB, Selasa (18/11).
Artikel ini ditulis oleh: