Jakarta, Aktual.com — Perusahaan Umum (Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) mengklaim dapat terus menekan angka kerusakan dalam mencetak uang. Rasio kerusakan uang-uang kertas yang dicetak itu hanya di kisaran 3-4 persen.

“Permintaan dari Bank Indonesia (BI) harus di bawah 5 persen. Dan kami bisa buktikan. Ke depan akan lebih rendah lagi seiring adanya mesin percetakan baru yang lebih canggih,” tutur Direktur Utama Peruri, Prasetio di Jakarta, Kamis (7/4).

Menurut dia, seiring dengan target dari perseroan yang harus dapat menekan angka kerusakan hasil percetakan uang itu, pihaknya telah mendatangkan mesin cetak baru dengan teknologi yang lebih canggih sejak 2015 lalu.

“Sistem pendeteksian uang yang rusak atau cacat itu bisa lebih awal lagi. Karena alat ini lebih canggih dengan adanya camera inspection dari mesin itu,” ujar dia.

Sehingga ketika dalam proses pencetakan uang itu di tengah jalan diketahui adanya indikasi uang yang rusak, maka bisa langsung dihentikan. Sehingga menjadi semakin sedikit uang yang catat atau rusak itu.

Selain itu mesin yang didatangkan dari Amerika Serikat ini juga dapat meningkatkan efisiensi. Satu mesin dapat mengurangi 20 persen beban selama ini. Baik dilihat dari kecepatannya yang lebih tinggi maupun kapasitasnya lebih meningkat.

“Sehingga ada tambahan 200 juta bilyet lebih tinggi menjadi 1,2 milar bilyet uang kertas yang dicetak. Bahkan waktunya lebih sedikit 1,5 bulan,” ujar Prasetio.

Sejauh ini, sepanjang 2015, Peruri sudah mencetak untuk uang kertas berdenominasi rupiah sebanyak 9,3 miliar bilyet atau naik 31,10% jika dibandingkan dengan produksi 2014 sebanyak 7,1 milyar bilyet.

Menurutnya, pencapaian ini sangat bagus karena pertam kalinya dalam empat tahun terakhir, Peruri dapat menyelesaikan pencetakan uang rupiah ini tanpa carry over dengan jumlah cetak uang yang jumlahnya besar pula.

“Jadi ini hampir dua kali lipat dari rata-rata pencapaian beberapa tahun sebelumnya,” jelasnya.

Selain uang kertas, produksi uang logam pada 2015 sebesar 1,6 miliar keping atau turun 17.69% jika dibandingkan produksi 2014 yang mencapai 1,93 juta keping.

“Penurunan ini karena pesanan BI menurun. Padahal, kapasitas produksi mesin kami mampu mencetak lebih banyak lagi,” cetus dia.

Peruri juga aktif mencetak cukai, paspor, dan materai. Untuk produksi pita cukai, di tahun lalu sebanyak 180 juta lembar atau naik 4,05% dibandingkan produksi 2014 yang mencapai 173 juta lembar.

Sedang produksi paspor dan buku mencapai 4,68 juta buku, atau turun 20,16% dibandingkan produksi 2014 yang mencapai 5,86 juta buku.

“Terakhir, produksi meterai sebanyak 738 juta keping atau naik 12,67% dibandingkan produksi 2014 yang mencapai 655 juta keping,” tukas Prasetio.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan