Sebagaimana diketahui, selama Rini Soemarno menjabat sebagai Menteri BUMN di era Jokowi-JK, sejak 2014 Pertamina mencatatkan rekor, telah 3 kali melakukan bongkar pasang Dewan Direksi. Awalnya pada November 2014, Presiden Jokowi menunjuk Dwi Soetjipto sebagai Dirut. Sebelum menjabat Dirut Pertamina, Dwi adalah Dirut PT Semen Indonesia (Persero).
Karena mulai dianggap tak loyal, dan Dwi Soetjipto adalah pilihannya Jokowi, pada 21 Oktober 2016, Rini Soemarno mengangkat Ahmad Bambang sebagai Wakil Dirut, sehingga menyebabkan adanya “Matahari Kembar” di tubuh Pertamina. Dari kebijakan itu akhirnya munculah konflik di Direksi Pertamina, sehingga Rini mempunyai alasan untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Februari 2017 dengan keputusan memberhentikan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dari susunan direksi (Dirut dan Wakil Dirut).
Setelah pemberhentian tersebut, sempat terjadinya kekosongan di pucuk pimpinan Pertamina, sehingga Rini menunjuk Yenni Andayani yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai Pelaksanatugas (Plt) Dirut, sampai ditunjuknya Dirut Definitif.
Setelah terjadinya kekosongan sebulan lebih lamanya, pada Maret 2017, lewat RUPS Rini menunjuk Elia Massa Manik sebagai Dirut baru. Elia Massa Manik sebelumnya menjabat sebagai Dirut PT Perkebunan Nusantara III (persero) sejak 2016 yang juga merupakan holding BUMN perkebunan. Awalnya loyal terhadap Rini, namun karena Kementerian BUMN melakukan perubahan nomenklatur di susunan direksi Pertmina, Manik yang semula “Goodboy” berubah menjadi “Badboy”. Perlawanan yang dilakukan oleh Manik kepada Rini, kemudian membuatnya terpental dari kursi Dirut.
Mengapa Rini Pilih Nicke?
Halaman berikutnya…