Washington DC, Aktual.com – Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi mengatakan lembaganya tidak tahu di mana hampir 900 pon (450 Kg) uranium Iran yang berpotensi sudah diperkaya ke tingkat 60 persen itu berada. Pernyataan Grossi itu disampaikan, setelah pejabat Iran mengatakan uranium tersebut telah dipindahkan untuk tindakan perlindungan menjelang serangan terhadap fasilitas nuklir di Iran.
Dilansir dari Fox News, Grossi yang menjadi tamu di acara ”The Story with Martha MacCallum” di Fox News, ketika ia ditanya tentang keberadaan uranium yang diperkaya di Iran tersebut, serta topik lain terkait serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6) yang dilakukan besar-besaran dan presisi terhadap tiga lokasi nuklir utama di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Grossi mengatakan Natanz adalah yang pertama terkena serangan dan mengalami ”kerusakan sangat serius” di salah satu ruang sentrifus tempat pengayaan dilakukan. Isfahan juga mengalami kerusakan, imbuhnya, meskipun tidak ada seorang pun yang berada di dalam ruang tersebut untuk menilai kerusakannya.
MacCallum lantas bertanya kepada Grossi tentang pernyataan yang sebelumnya menyatakan bahwa ia yakin 900 pon uranium yang berpotensi diperkaya dibawa ke situs kuno dekat Isfahan. ” “Saya harus sangat tepat, sangat, sangat tepat. Kami tidak tahu di mana uranium yang diperkaya Iran itu berada.
Kami adalah IAEA, jadi kami tidak berspekulasi di sini. Kami tidak memiliki informasi tentang keberadaan material ini,” kata Grossi.
Namun menurut Grossi, ada pejabat Iran yang mengatakan kepadanya bahwa mereka mengambil tindakan perlindungan yang mungkin atau mungkin tidak termasuk memindahkan material tersebut.
”Jadi, cukup jelas Anda bertanya kepada saya tentang hal itu, bahwa ada pertanyaan di sana: Di mana ini? Jadi, cara untuk menegaskan hal itu adalah dengan mengizinkan aktivitas inspeksi dilanjutkan sesegera mungkin. Dan saya pikir ini akan bermanfaat bagi semua orang,” kata Grossi lagi.
Ia pun tidak akan membantah pernyataan dari Wakil Presiden AS, JD Vance yang mengatakan jika Iran memiliki uranium yang diperkaya 60 persen, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk memperkaya hingga 90 persen (untuk menjadi hulu ledak nuklir).
”Saya tidak akan membantahnya karena 60 persen bukanlah 90 persen. Namun yang lebih penting adalah mencari tahu apakah uranium tersebut dipindahkan dan di mana lokasinya. Kewajiban saya adalah untuk mempertanggungjawabkan setiap gram uranium yang ada di Iran dan di negara lain mana pun,” papar Grossi.
Sebelumnya Wapres JD Vance mengatakan bahwa misi tersebut berhasil jika Iran tidak dapat mengubah uranium hingga 90 persen untuk menjadi senjata nuklir, dan Grossi setuju dengan pernyataan itu, setidaknya dalam hal pendekatan militer. Namun menurut Grossi itu adalah tugas yang berbeda.
”Pekerjaan saya adalah mencoba mencari tahu di mana materi (uranium) ini berada. Karena Iran punya kewajiban untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan semua materi yang mereka miliki, dan ini akan terus menjadi pekerjaan saya,” tandas Grossi.
Untuk diketahui, semua yang disampaikan Grossi menjadi pertanyaan besar di Iran, maupun kekhawatiran Rusia terkait ketidaknetralan IAEA. Pihak Iran mencurigai kalau Grossi yang membocorkan lokasi fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan. Akibatnya parlemen Iran mengesahkan rancangan undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA tanpa batas waktu.
Bahkan Menteri Luar Negeri Iran Sergey Lavrov mengaku khawatir terhadap ketidaknetralan IAEA, karena tidak bisa memberi jaminan kerahasiaan situs nuklir Iran.
Untuk diketahui, IAEA adalah organisasi internasional yang independen, namun beroperasi dalam sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Meskipun bukan bagian dari struktur PBB, IAEA memiliki hubungan khusus dengan PBB, terutama kepada Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB, yang mana IAEA melaporkan seluruh kegiatannya kepada mereka.
Jadi, meskipun IAEA tidak di bawah PBB dalam arti dikendalikan langsung oleh PBB, namun menjalin kemitraan dan hubungan kerja yang erat dengan PBB dalam melaksanakan mandatnya.
(Indra Bonaparte)