Calon Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menjalani uji kelayakan dan kepatutan di Komisi XI DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (28/3). Perry ditunjuk sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia oleh Presiden Joko Widodo menggantikan Agus DW Martowardojo yang berakhir masa jabatannya pada Mei 2018. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan, menginginkan Gubernur Bank Indonesia yang baru, Perry Warjiyo, dapat fokus mengambil kebijakan yang nyata untuk memperkuat serta menjaga stabilitasi nilai tukar mata uang rupiah.

“Perlu ada langkah nyata dalam kaitan menjaga agar jangan sampai kurs rupiah semakin melemah,” kata Taufik Kurniawan di Jakarta, ditulis Jumat (25/5).

Menurut dia, nilai kurs mata uang rupiah yang sekarang ini telah berada di angka lebih dari Rp14.000 per satu dolar AS merupakan tantangan bagi Gubernur BI.

Politisi PAN itu berpendapat ada banyak kerugian yang dihadapi karena pelemahan nilai rupiah itu.

Berbagai kerugian tersebut, lanjutnya, antara lain adalah cicilan utang luar negeri yang semakin mahal.

Selain itu, ujar dia, ada pula potensi meningkatnya inflasi karena semakin tingginya nilai barang-barang impor yang dibutuhkan berbagai industri lokal untuk menghasilkan produk mereka.

Sebagaimana diwartakan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah setelah anjlok ke level depresiasi empat persen sejak Januari-21 Mei 2018.

“Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda,” ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (24/5).

Perry yang selalu mengkampanyekan kebijakan moneter propertumbuhan dan prostabilitas itu menekankan instrumen kebijakan moneter akan sepenuhnya digunakan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional.

Instrumen moneter diprioritaskan untuk menghadapi tekanan yang disebabkan normaliasi kebijakan moneter AS dan terus naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS yang menyedot modal asing di Indonesia.

Namun, kata dia, BI tidak akan mengabaikan potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan instrumen makroprudensial.

“BI masih memiliki empat instrumen lainnya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry yang menghabiskan lima tahun terakhirnya menjadi Deputi Gubernur BI.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: