Jakarta, Aktual.com – Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR) RI meminta Pemerintah Turki tidak proaktif terhadap keberadaan para mahasiswa-mahasiswi yang bertujuan untuk bersekolah dan tak bermaksud mengancam. Terutama, kepada pelajar Indonesia.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan dan Internasional, Hanafi Rais meyakini kedua mahasiswi yang ditangkap Pemerintah Turki tidaklah tergabung dalam organisasi berbahaya. Menurutnya, kekhawatiran Turki terhadap ancaman keamanan nasional negaranya itu sangatlah berlebihan.‬

“‪Apalagi, posisi mereka sebagai penerima beasiswa perkuliahan tanpa biaya hidup. Penerima beasiswa harus patungan untuk menyewa rumah tinggal. Sehingga tidak ada urusan yang berpotensi mengancam keamanan nasional Turki‬,” ujar Hanafi di Jakarta, Minggu (21/8).

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengaku memahami status darurat dimana masih ada pergolakan pasca kudeta gagal. Namun, Hanafi meminta Pemerintah Turki untuk menelaah betul-betul mana kegiatan yang dianggap dapat mengancam negara dan mana yang tidak.

“Terkait warga negara asing dalam hal ini Indonesia dapat disikapi proporsional karena diharapkan tidak merugikan proses belajar malah menambah keresahan orang tua dan keluarga mahasiswa di tanah air,” katanya.

Ia berharap, Pemerintah Turki memahami latar sosio kultural Indonesia yang sangat berbeda dengan Turki, sehingga dugaan keterlibatan tersebut dapat diselesaikan.

“Saya yakin bila benar dugaan mengikuti pengajian dari kelompok tertentu yang kini oposisi di Turki, bukan berarti mengeksklusifkan diri, apalagi terlibat terlalu jauh dalam konflik politik domestiknya. Sekali lagi, mereka sudah terlalu dipusingkan soal belajar,” cetus Hanafi.

Kementerian Luar Negeri menjelaskan kedua orang itu merupakan mahasiswi yang mendapatkan beasiswa belajar di Turki dari sebuah organisasi non- pemerintah Turki, Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association atau PASIAD. Saat ini kedua mahasiswi tersebut masih menjalani pemeriksaan. Bahkan status keduanya belum jelas.

Keduanya ditangkap di tempat tinggal mereka, kota Bursa yang berjarak sekitar empat jam perjalanan dari ibu kota Ankara. Dua mahasiswi itu merupakan bagian dari ratusan pelajar Indonesia yang mendapatkan beasiswa dari Yayasan PASIAD yang dituding terkait dengan Fethullah Gulen. Menurut data KBRI, terdapat sekitar 720 orang asal Indonesia yang belajar di negara tersebut.

(Nailin In Saroh)

Artikel ini ditulis oleh: