Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di pemerintah Jokowi akan sangat mempengaruhi stabilitas daya beli masyarakat, khususnya bagi mereka dikalangan menengah ke bawah. Pasalnya, setiap kali ada kenaikan akan berdampak pada kenaikan harga komoditi di masyarakat, diantaranya kenaikan Sembako secara signifikan.
Ekonom Indef, Bhima Yudistira Adhinegara menilai, kenaikan harga BBM akan berdampak langsung kepada inflasi harga. Artinya, jika terjadi dampak inflasi atas kenaikan harga BBM, maka bisa jadi konsumsinya akan ditahan, karena uang habis untuk membeli kebutuhan bensin sehari-hari. Sebab, kenaikan harga tidak segaris dengan adanya peningkatan pendapatan, yang kemudian daya beli menurun.
Sebab, saat harga BBM meningkat, maka biaya transportasi atau logistik juga turut mengalami kenaikan. Hal ini membuat harga bahan pokok atau barang-barang lainnya juga turut mengalami kenaikan.
“Nah, kalau kenaikan harga-harga ini enggak diikuti dengan peningkatan pendapatan tentu yang terjadi adalah pemerosotan daya beli masyarakat,” kata Bhima, di Jakarta, Senin (2/7).
“Alhasil, mereka pasti cenderung menahan konsumsi rumah tangga, seperti lebih banyak di rumah ketimbang berpergian karena biaya transportasi mahal,” tambahnya.
Sementara itu, kebijakan pembatalan terhadap kenaikan harga BBM terutama pada jenis premium oleh Presiden Jokowi dinilai sangat politis. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Danang Girindrawardana.
“Kita juga memahami kalau pemerintah itu masih ragu-ragu dengan keputusannya dan yang jelas ini keputusan politik mungkin akan mendominasi di dalam pertimbangan ekonomi,” katanya seperti yang dilansir dari detikfinance, Kamis (11/10).
Ia menjelaskan, pihaknya melihat permasalahan yang dihadapi Indonesia tidak bisa hanya mempertimbangkan mengenai hal politis. Namun, juga harus lebih memperhatikan mengenai dampak ekonomi dari kebijakan penundaan atau pembatalan yang dilakukan pemerintah atas kenaikan harga.
“Jadi sebenarnya yang kami inginkan bukan soal kepentingan politis ya. Tapi pertimbangan ekonomi seharusnya lebih penting ya ini kan masalah yang cukup besar,” sebutnya.
Masih dikatakan dia, kebijakan pemerintah untuk menunda kenaikan premium bisa langsung berdampak pada permasalahan ekonomi yang saat ini terjadi. Misalnya mengenai pelemahan rupiah yang terus tergerus dengan menguatnya Dollar AS.
“Ini kan berkaitan langsung dengan pelemahan rupiah, ada dua opsi untuk mengatasi itu salah satu opsinya yaitu adalah untuk menaikkan harga bahan bakar. Jadi ini pertimbangan politisnya lebih mengemuka dibandingkan kepentingan perkembangan ekonomi,” pungkas dia.
Saling Menunggu Untuk Menyerang
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang