Ketum PPP Romahurmuziy mengenakan rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (16/3/2019). Ketum PPP Romahurmuziy bersama Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi dan Kakanwil Kemenang Jawa Timur Haris Hasanuddin ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi di Kementerian Agama (Kemenag). AKTUAL/Tino Oktaviano
Jakarta, Aktual.com – Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa tak menyangka perolehan suara partainya  anjlok hasil hitung cepat lembaga survei dalam gelaran Pemilu Serentak 2019. 
Menurut penghitungan cepat sejumlah lembaga survei, partai berlambang Kakbah itu hanya mendapat perolehan suara di kisaran 4 hingga 4,6 persen. 
Sedangkan Pemilu 2011, PPP memperoleh suara 8.157.488 atau sekitar 6,53 persen. la menilai, pemilu kali ini suara PPP tak sedikit lenyap di lumbung suara sendiri.
Terlebih dengan adanya kasus suap yang menjerat Romahurmuziy, mantan Ketua Umum PPP yang dekat dengan capres petahana Joko Widodo. 
“Termasuk kasusnya saudara Romahurmuziy, jadi titik masuk buat mereka (kubu 02),” kata Suharso di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4). 
Dia menyebut suara partainya tergerus antara lain di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, serta Banten. Khusus di Jakarta dirinya tak terima meluasnya isu PPP sebagai pendukung penista agama. 
“Jadi saya ingin mengatakan bahwa sampai segitunya kebencian dirasukan kepada publik. Itu kan salah,” kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu menambahkan. 
Saat ini, lanjut Suharso, pihaknya akan mempelajari fenomena tergerusnya suara PPP di lumbung suara. Kata dia, DPP PPP juga akan mengevaluasi struktur kepengurusan daerah untuk kembali menguatkan basis suara partai.
“Kalau masalahnya hanya persaingan biasa menurut kami enggak apa-apa. Tapi ini perbuatannya sudah di luar hal yang sifatnya rasional lah. Jadi sudah menggigit kami punya suara-suara yang memang basis kami,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh: