Hassan ‘Abd Allah al-Turabi adalah seorang pemimpin politik Islamis dan keagamaan di Sudan. Ia disebut “salah satu figur paling berpengaruh dalam politik Sudan modern”, dan “pemimpin ideologi garis keras jangka panjang”.

Hassan Al-Turabi merupakan tokoh yang berperan besar dalam melembagakan syariah (hukum Islam) di bagian utara negara tersebut. Turabi memiliki visi membuat undang-undang syariah yang diterapkan secara bertahap hanya untuk Muslim.

Turabi lahir pada 1 Februari 1932 di Kassala, utara Sudan, dari seorang sheikh Muslim Sufi, dan meraih sebuah pendidikan Islamis, sebelum datang ke Khartoum pada 1951 untuk mempelajari hukum dan bergabung dengan Ikhwatul Muslimin sebagai seorang pelajar.

Ia lulus dari Sekolah Hukum Universitas Khartoum pada 1955 dan juga belajar hukum di King’s College London (Inggris) dan di Sorbonne, Paris, dimana ia meraih gelar PhD pada 1962.

Karir politik Turabi dimulai sesudah selesai kuliah. Ia bergabung dengan Front Islamic Charter, cabang Ikhwanul Muslimin Sudan. Dalam waktu singkat, cuma dua tahun, Front Islamic Charter menjadi kelompok politik yang besar. Turabi menjabat sebagai Sekretaris Jenderal di sini sampai 1964.

Ia lalu bekerjasama dengan dua faksi gerakan Islam Sudan, yaitu Ansar dan Khatmiyyah guna merancang konstitusi Islam. Pada 1969, kudeta pemerintahan dilakukan oleh Gaafar Nimeiry. Turabi dan rekan-rekannya pun ditangkap pada 1970 dan diasingkan ke Libya.

Pada 1977, kaum oposisi termasuk Turabi dibebaskan. Lalu Turabi memimpin Serikat Sosialis Sudan dan dipromosikan menjadi Menteri Kehakiman pada 1979. Nimery saat itu sudah menerapkan hukum syariah, tetapi dilakukan secara kasar sehingga terjadi kudeta.

Melalui FIN (Front Islam Nasional), yang lalu berubah nama menjadi Kongres Nasional pada akhir 1990, Turabi menggerakkan kekuatan politik yang cukup besar di Sudan.

Pada 1989, dengan dukungan Turabi, Jenderal Omar Hassan al-Bashir melakukan kudeta. Pada periode 1989-2001, Turabi hanya menjadi pengamat dan dikenal sebagai tokoh di belakang layar. Ia mendirikan Kongres Arab Islam Populer pada 1990-1991.

Turabi berusaha meyakinkan kelompok Syiah dan Sunni, untuk mengesampingkan permusuhan mereka dan bergabung melawan musuh bersama Israel dan Amerika Serikat. Pada Agustus 1993, Sudan dimasukkan dalam daftar negara yang mensponsori terorisme terhadap negara lain. Maka Sudan dijatuhi sanksi ekonomi oleh PBB.

Sesudah pemilu nasional pada Maret 1996, Turabi memimpin Majelis Nasional. Tapi ia lalu dipenjara karena terlibat politik dengan Omar al-Bashir pada 1999. Pada 2003, ia dibebaskan, tetapi masuk bui lagi pada 2004 karena tuduhan rencana menggulingkan pemerintah. Ia dibebaskan pada 28 Juni 2005.

Ia sempat dipenjara sebentar pada 2008 karena tuduhan keterlibatan dalam pemberontakan bersenjata, dan bebas lagi. Pada Januari 2009, ia kembali ditangkap dan dipenjara di Kober, yang lalu dipindah ke Port Sudan. Dalam usia 75 tahun, ia hidup di penjara dan ditahan di sel isolasi.

Para Maret 2009, Turabi dibebaskan. Meski dibujuk oleh para pendukungnya, ia menolak mencalonkan diri sebagai presiden, dengan alasan usia lanjut. Pada 2010 dan 2011, kembali Turabi mengalami penahanan singkat dan pembebasan.

Pandangan politik dan agama Turabi berbeda dengan gagasan tradisionalitas Islam pada umumnya. Turabi mendukung gagasan Islam progresif, seperti pendekatan demokrasi, pemulihan hak-hak kaum perempuan, dan meluaskan hak-hak mereka.

Di masa kepemimpinannya, ia mengizinkan wanita bekerja dan menjadi bagian dari kehidupan publik. Menurut Turabi, pekerjaan rumah tangga tak hanya dilakukan kaum wanita.

Ketika memimpin, Turabi juga tidak mewajibkan wanita mengenakan niqab atau burqa. Tetapi untuk berjilbab, wajib hukumnya untuk semua Muslimah.

Turabi juga menentang hukuman mati bagi mereka yang murtad. Bagi Turabi, organisasi Islam, yang melakukan perdebatan mengenai perilaku dengan mengorbankan ekonomi dan sosial, adalah berpikiran sempit.

Tentang ulama, Turabi berpandangan, ulama bukan cuma sebatas cendekiawan Islam. Tetapi seluruh ilmu pengetahuan sebenarnya mengandung nilai religius dan memiliki prinsip keilahian. Seperti: ahli kimia, teknologi, ekonom, dan ahli hukum. Mereka semua adalah ulama.

Pada 5 Maret 2016, Turabi meninggal di sebuah rumah sakit di Khartoum pada usia 84 tahun. Ia dipercaya meninggal karena serangan jantung. Pemakaman Turabi diadakan pada hari berikutnya, dengan sekitar ribuan pelayat hadir, dan ia dikubur di Burri Al-Lamab, sebuah pemakaman di timur Khartoum. ***

Artikel ini ditulis oleh: