Para wajib pajak melaporkan SPT bulanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Menteng Dua, Jakarta, Rabu (2/12). Hingga akhir November realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp865 triliun atau sekitar 66 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.294 triliun pada APBN Perubahan 2015 sehingga pemerintah berencana akan menambah utang negara guna menutup kekurangan tersebut. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc/15.

Jakarta, Aktual.com — Ekonom INDEF, Eko Listiyanto menyebut jika target penerimaan pajak Indonesia tahun 2015 memprihatinkan dan sangat jauh dari harapan. Tidak maksimalnya penerimaan pajak tahun ini karena target penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah terkesan ambisius. Padahal, kondisi ekonomi 2015 tidak stabil.

“Tahun 2015, realisasi penerimaan perpajakan mengalami kekurangan atau sering disebut shortfall yang terlalu jauh. Seperti ibarat, jauh api dari panggang,” ucap Eko di Jakarta, ditulis Jumat (1/1).

Eko membeberkan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh INDEF, realisasi penerimaan perpajakan sampai akhir November 2015 hanya mencapai 68,2 persen atau sebesar Rp.1.015,6 triliun.

“Capaian ini tentu sangat jauh dan merosot jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya dimana per November tahun 2014 realisasinya mencapai 80,2 persen dari target APBNP 2014 sebesar Rp1.246,1 triliun,” beber Eko.

Sementara itu, lanjut Eko, pemerintahan Jokowi-JK menargetkan tax ratio pada RPJMN 2015 sebesar 12,4 persen, sementara tax ratio terhadap PDB per kuartal III 2015 baru mencapai 9,3 persen.

“Nah secara agregat penerimaan perpajakan mengalami shortfall yang luar biasa mencapai dari Rp 210 triliun atau meleset hampir 15 persen dari target,” lanjut Eko.

Olehnya itu sebut Eko, pemerintahan Jokowi-JK untuk tahun 2016 sebaiknya merevisi target penerimaan pajak.

“Tahun 2015 saja realisasi penerimaan pajak diperkirakan tak sampai 85% sebagai batas minimum pencapaian target,” ungkapnya.

Sementara, menurut Eko pemerintah pada tahun 2016 menargetkan penerimaan hampir 30% dari realisasi tahun 2015.

“Padahal kondisi ekonomi tahun depan belum pulih,” ungkap Eko.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka