Kepala BKPM Franky Sibarani (tengah) didampingi dengan Deputi bid Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis (kanan) dan Deputi bid Pengendalian Iklim Penanaman Modal Farah Indriyani (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan tentang target pertumbuhan investasi 2016 di Jakarta, Jumat (8/1). BKPM menargetkan pertumbuhan investasi 2016 sebesar Rp 594,8 triliun naik 14 persen dibandingkan target yang dicanangkan pada tahun 2015 sebesar Rp 519 triliun. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/16. *** Local Caption ***

Jakarta, Aktual.com — Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah mengawal realisasi investasi pabrik alumina terbesar di Indonesia yang dilakukan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW) dalam membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi “smelter-grade” alumina berkapasitas 1 juta ton.

“Pabrik ini memiliki arti yang strategis di antaranya dengan mendukung penyerapan tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan nilai ekspor, menghemat devisa, dan juga yang tidak kalah penting adalah mempercepat pembangunan daerah-daerah di luar Jawa,” kata Kepala BKPM Franky Sibarani di sela kunjungan ke lokasi pabrik tersebut di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat (1/4).

Proyek investasi PT WHW memiliki rencana investasi senilai Rp12,5 triliun dan sampai tahun 2015 telah terealisir sebesar Rp7,9 triliun. Proyek tersebut akan menyerap sebanyak 2.435 orang tenaga kerja.

Menurut Franky, pembangunan pabrik pemurnian bauksit itu merupakan wujud nyata pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara yang mengamanatkan kepada perusahaan untuk melakukan hilirisasi tambang.

“Ini mendorong perusahaan untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang di Indonesia yang akan berdampak dan berkontribusi besar dalam memperkuat struktur industri aluminium nasional, yang masih mengalami kekosongan di sektor hulu,” katanya.

Franky juga menilai pembangunan industri penghasil “smelter-grade” alumina itu akan dapat memberikan dampak berlipat yang luas bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Ketapang dan Provinsi Kalimantan Barat serta nasional melalui devisa yang dihasilkan dan juga dari penghematan devisa.

“Pembangunan pabrik smelter-grade alumina ini diperkirakan mampu menghemat devisa sebesar 85 juta dolar AS per tahun melalui substitusi impor bahan baku,” imbuhnya.

Pabrik alumina yang diklaim sebagai yang terbesar di Indonesia itu memiliki kapasitas produksi hingga 2 juta ton per tahun dengan perkiraan nilai ekspor hingga 765 juta dolar AS per tahun.

Pembangunan pabrik dilakukan dua tahap di mana 90 persen hasil produksi diekspor dan sisa 10 persen dipasok ke PT Inalum.

PT WHW merupakan perusahaan patungan dari Cayman Islands, Indonesia, Hong Kong dan China yang mulai membangun pabrik pada tahun 2012 melalui dua tahapan.

Realisasi konstruksi pabrik tahap pertama berkapasitas produksi 1 juta dolar AS sudah mencapai sekitar 95 persen dan diharapkan dalam waktu dekat akan berproduksi komersil, sedangkan untuk tahap kedua diharapkan selesai pada tahun 2018.

External Relation and CSR PT WHW Togap Manik dalam kesempatan yang sama mengatakan selain membangun pabrik alumina, ada empat unit konstruksi utama yang dilakukan perusahaan itu yakni pembangkit listrik tenaga batubara berkapasitas 160 MW, area pengolahan limbah kedap air, kompleks perkantoran dan asrama karyawan serta dermaga khusus untuk distribusi bahan baku.

“Secara akumulatif sekitar 94 persen konstruksi utama ini sudah selesai. Mei mendatang kami sudah mulai pengujian perdana bijih bauksit,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka