Denpasar, Aktual.com – Rencana pembangunan bandara di Bali utara, tepatnya di Kubu Tambahan, Kabupaten Buleleng terkendala penetapan lokasi (penlok) oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang belum kunjung dikeluarkan. President Director PT Bandara Internasional Bali Utara (PT BIBU), I Made Mangku menjelaskan, satu-satunya kendala pembangunan bandara yang diharapkan bisa menjadi penyeimbang pembangunan antara Bali selatan dan Bali utara itu adalah belum keluarnya penetapan lokasi. Hanya saja, ia tak paham betul mengapa hingga kini penetapan lokasi itu belum juga dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan.

“Saya tidak tahu apa kendalanya mengapa sampai hari ini penentuan lokasi itu belum juga ke luar. Saya tidak tahu kendalanya di mana,” kata I Made Mangku di Denpasar, Senin (25/2). Sejak awal, ia melanjutkan, PT BIBU telah merampungkan segala hal yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan bandara internasional di Buleleng. “Saat ini kami hanya menunggu penetapan lokasi saja. Kalau itu ke luar, segera ground breaking dan proses pembangunan dimulai,” ujarnya.

Ia meminta kepada Kementerian Perhubungan agar segera mengeluarkan penetapan lokasi pembangunan bandara Bali utara, oleh karena amat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Apalagi, prosesnya sudah memakan waktu yang cukup lama. “Sudah empat tahun prosesnya. Bandara ini juga amat ditunggu-tunggu oleh masyarakat,” ucapnya. Di sisi lain, yang ia tahu Presiden Joko Widodo (Jokowi) amat antusias dengan rencana pembangunan bandara Bali utara. Bahkan, begitu menerima surat yang dikirimkan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Presiden Jokowi langsung mengeluarkan surat disposisi untuk menindaklanjuti dengan segera pembangunan bandara Bali utara.

Sementara itu, Chairman PT BIBU, Iwan Erwanto menjelaskan, hingga kini sudah ada 16 investor yang tergabung dalam konsorsium yang siap mendanai proyek pembangunan dengan alokasi dana keseluruhan Rp50 triliun. “Ada dari Kanada, Amerika, Middle East dan dari Timur Tengah yang tergabung dalam konsorsium bernama Kinessis Capital and Investment (KCNI). Ada lima program dari dana sebanyak itu. Untuk pembangunan bandaranya sendiri Rp27 triliun. Dananya sudah siap dan kita standbye,” paparnnya.

Hanya saja, oleh karena lambatnya penetapan lokasi beberapa investor mulai berfikir untuk menarik diri. “Ada dua investor yang mulai berfikir menarik diri. Tapi kami coba untuk meyakinkan, utamanya soal sikap Presiden yang mendukung program pembangunan bandara ini,” ujarnya. Kedua investor itu membandingkan dengan proses pembangunan di Malaysia, di mana mereka ikut terlibat di dalamnya.

Untuk proses perizinan hingga penetapan lokasi hanya membutuhkan waktu empat bulan saja. “Ya, mereka membandingkannya dengan Malaysia. Di sana empat bulan sudah bisa jalan. Sementara kita di sini sudah empat tahun masih belum bisa berjalan. Tapi saya jelaskan kepada mereka bahwa Indonesia bangsa besar, tidak seperti Malaysia. Jadi, banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum penetapan lokasi dikeluarkan. Mereka mengerti,” papar dia.

Laporan Bobby Andalan, Bali

Artikel ini ditulis oleh: