Ilustrasi

Jakarta, Aktual.com – Berbagai pandangan kaum intelektual yang kita temui dalam banyak literatur, khususnya para intelektual progresif seperti Yudi Latif dengan bukunya Negara Paripurna, telah berhasil mendapatkan titik temu antara Islam dan kebangsaan. Akan tetapi, titik temu tersebut baik di masa kini dan nanti akan selalu memiliki hal-hal yang bertentangan. Sebab itu merupakan suatu sunatullah yang mesti dilewati bangsa Indonesia.

Islam sebagai suatu entitas keagamaan, telah masuk ke ruang publik dan berfusi menjadi berbagai realitas publik. Bukan hanya karena Islam sebagai entitas sosial mayoritas, tetapi kondisi faktual Islam telah hadir mengisi berbagai peristiwa publik di Indonesia.

Hadirnya Hari Santri, Hari Maulid, Isra Mi’raj dan seterusnya merupakan realitas teknis yang terakomodasi dalam ruang kebangsaan kita, begitu juga dengan agama-agama yang lainnya.

Realitas lain yang menjadi titik temu antara Islam dan kebangsaan juga termanifestasi dalam berbagai kebijakan. Di mulai dari Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Perbankan Syariah, dan seterusnya.

Menurut Penulis, hari Maulid Nabi yang dirayakan umat Islam kemarin, harus dipandang sebagai peristiwa monumental untuk mengambil intisari dan api Islam dalam membangun semangat kebangsaan kita.

Di Indonesia, Islam sebagai agama mampu memberikan contoh yang relatif baik dalam memberikan keteladanan bagi semangat kebangsaan kita. Akan tetapi, semua hal tetap harus dipandang secara kritis dan proporsional. Islam telah berkontribusi besar dalam pembangunan republik ini. Akan tetapi sejarah juga mencatat bahwa Islam juga hampir menjadi bagian dari konflik yang kontraproduktif dalam pembangunan kebangsaan.

Pandangan kritis pun memunculkan pertanyaan di benak penulis, bagaimana umat Islam yang mayoritas di Indonesia ini akan selalu mampu melewati ujian kebangsaan dan mengambil intisari serta api Islam dalam rangka memberikan energi baru untuk pembangunan bangsa Indonesia di masa depan?

Sebagai bagian dari sebuah generasi baru yang akan tumbuh di masa depan, penulis teringat bagaimana Perjuangan Rasulullah saw dan sahabat dalam membawa Islam di Mekah dan Madinah. Hingga Nabi Muhammad saw berhasil mendirikan konsensus gotong royong di Kota Madinah. Keteladanan, kebijaksanaan dan kerendahan hati Nabi Muhammad menjadi alasan kuat mengapa berbagai suku dan agama di Kota Madinah menerima Piagam Madinah sebagai solusi bersama.

Hal ini hanya bisa terjadi tentu karena ridho Allah swt dan karena Kecerdasan Nabi Muhammad SAW dalam menciptakan titik temu dan jembatan penghubung imajinasi bersama masyarakat madinah.

Hal ini menurut penulis penting untuk disadari oleh generasi muda Indonesia agar meneladani Rasulullah saw kembali dengan maksud dan tujuan menjaga semangat kebangsaan kita dan membangun ruang imajinasi bersama bangsa Indonesia.

Oleh karenanya, Penulis berkesimpulan bahwa dengan meneladani Nabi Muhammad saw dapat diartikan menjaga Islam dan juga menjaga kebangsaan sekaligus. Jika pemaknaan tersebut disadari, penulis berpendapat kita telah menjalankan risalah nabi Muhammad saw serta tetap menjaga kesetiaan terhadap cita-cita para pendiri bangsa Indonesia.

Baik Nabi Muhammad saw ataupun para pendiri bangsa Indonesia, telah berhasil membangun jembatan ide yang mampu menjembatani berbagai ruang imajinasi bangsanya di masa depan. Hal ini menjadi kabar baik bagi bangsa Indonesia jika generasi muda bangsa Indonesia mampu mengambil intisari dan api Islam dalam melanjutkan pembangunan jembatan ide tersebut untuk menyelaraskan langkah, menyatukan pikiran-pikiran perbaikan, mendiagnosa ancaman kebangsaan dan seterusnya demi menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia.

Indonesia sebagai pusat peradaban gunia, hanya bisa terjadi ketika generasi muda Indonesia, khususnya pemuda Islam mampu menyadari titik temu nilai-nilai dasar Islam dan kebangsaan yang tercermin dalam setiap sila dalam Pancasila. Kesadaran terhadap nilai-nilai tersebut membentuk fondasi kolektif yang sangat kuat terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi suatu dasar untuk tumbuhnya intelektualitas, teknologi, ekonomi, militer, inovasi, dll yang akan berkontribusi terhadap perbaikan dunia di masa depan, Insyaallah.

Oleh : Hilkadona Syahendra

(Wakil Sekertaris Jenderal Pimpinan Pusat Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia/PP PRIMA DMI)