Menteri Perindustrian Republik Indonesia Bapak Airlangga Hartarto menandatangani prasasti peresmian Fasilitas Produksi Jus CP Premium dengan Teknologi HPP PT Sewu Sentral Primatama. Turut mendampingi (ki-ka) Chairman Gunung Sewu Group Bapak Husodo Angkosubroto, Wakil Gubernur Provinsi Banten Andika Hazrumy, dan Managing Director PT Sewu Segar Primatama Bapak Richard Anthony

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah mengapresiasi industri makanan dan minuman yang cepat menerapkan digitalisasi. Sebab, menurut Menteri Perindustrain Airlangga Hartarto kontribusi di sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 6,31%, itu pun bisa terus naik pada tahun-tahun mendatang.

“Industri makanan dan minuman mampu menunjukkan kinerja yang membanggakan, dengan pertumbuhan sebesar 10,19% pada periode Januari-September 2018. Capaian ini jauh di atas pertumbuhan industri nasional yang mencapai 5,17% di periode yang sama,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (13/12)

Selain itu ia mengatakan sektor makanan dan minuman Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Hal lantaran didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang besar.

“ Industri minuman mampu menunjukkan kinerja yang membanggakan, dengan pertumbuhan sebesar 10,19% pada periode Januari-September tahun 2018. Capaian ini jauh di atas pertumbuhan industri nasional yang mencapai 5,17% di periode yang sama,” kata dia saat menandatangani prasasti peresmian Fasilitas Produksi Jus CP Premium dengan Teknologi HPP PT Sewu Sentral Primatama

Oleh karena itu, kata Airlangga, pemerintah memberikan apresiasi kepada PT Sewu Segar Primatama (anak perusahaan PT Sewu Sentral Primatama), yang membangun fasilitas produksinya (Real Cold-Pressed Facility/CPF) secara terintegrasi dengan teknologi HPP. Terlebih perusahaan ini juga menerapkan revolusi industri 4.0.

Metode HPP ini membuat perusahaan dengan merek dagang produk Re.juve ini menjaga kandungan nutrisi dan memperpanjang masa pajang produk (shelf life) hingga enam kali lebih lama tanpa bahan pengawet.

“Ini adalah pabrik pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan menggunakan teknologi HPP. Tentunya pabrik ini dapat meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri dari sektor holtikultura,” tutur dia.

Sementara itu Managing Director PT SSP mengatakan keputusan untuk menerapkan Real Cold-Pressed Facility (CPF) terintegrasi dengan teknologi High-Pressure (HPP) pertama di Indonesia dan ASEAN didasarkan sebagai bentuk dukungan ke pemerintah untuk mewujudkan Making Indonesia 4.0.

“Ini sejalan dengan arahan Kementerian Perindustrian guna menjadikan sektor makanan dan minuman (mamin) sebagai salah satu fokus pengembangan utama dalam kerangka Making Indonesia 4.0,” kata Primatama Richard Anthony.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby