Jakarta, Aktual.com —  Kembalinya bank sentral China melakukan devaluasi terhadap mata uangnya membuat laju mata uang emerging market kembali terkapar. Rupiah pun masih menjadi korban atas kebijakan bank sentral tersebut.

“Melemahnya laju yuan maka mata uang tandingan dolar AS menjadi tidak ada. Tentu berimbas negatif pada pergerakan mata uang emerging market, termasuk rupiah,” ujar Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam riset yang diterima di Jakarta, Kamis (13/8).

Bahkan adanya pelantikan menteri hasil reshuffle juga belum memberikan sentimen positif bagi rupiah. Dengan masih adanya tren pelemahan membuat peluang rupiah untuk berbalik positif menjadi terhalangi.

Pada Kamis (13/8) laju rupiah diperkirakan menuju target support 13.555, yaitu Rp13.765-13.750 (kurs tengah BI). Menurutnya, rupiah pun masih berpotensi mengalami pelemahan lanjutan jika pelaku pasar masih enggan melepas dolar AS.

“Tetap cermati sentimen dan berita yang dirilis,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka