Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, setelah 73 tahun merdeka, Indonesia telah menjadi negara berpendapatan menengah dengan fondasi yang semakin kuat dan kokoh.
Hal ini dibuktikan dengan ekonomi Indonesia selama tujuh tahun terakhir tumbuh rata-rata 5,4 persen per tahun.
Momentum pertumbuhan itu dapat terjaga, kata dia, sebagaimana terlihat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2018 sebesar 5,1 persen. Angka ini merupakan angka tertinggi pada kuartal I selama tiga tahun terakhir.
Pada kuartal I 2017, ekonomi RI tumbuh 5,01 persen. Sebelumnya kuartal I 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,92 persen dan kuartal I 2015 sebesar 4,71 persen.
“Perekonomian global masih dalam kondisi penuh ketidakpastian dan bergerak menuju keseimbangan baru. Memperhatikan kondisi tersebut, maka untuk mencapai target-target pembangunan nasional, program-program saat ini dan ke depan dirancang untuk tidak hanya mengejar pertumbuhan yang tinggi semata, juga diperlukan untuk menjaga stabilitas dan kesimbungannya,” ujar dia di Rakornas Pengendalian Inflasi, Jakarta, Kamis (26/7).
Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi itu juga didukung inflasi yang rendah. Dalam tiga tahun terakhir, realisasi inflasi dijaga pada rentang rata-rata di level 3,35 persen pada 2015; 3,02 persen di 2016; dan 3,61 persen pada 2017.
“Bahkan realisasi inflasi pada hari besar keagamaan nasional pada 2018 tercatat 0,59 persen month to month atau yang terendah dalam tujuh tahun terakhir. Pencapaian tersebut merupakan sinergi antara pemerintah, baik pusat, daerah, Bank Indonesia, dan tentu saja OJK,” kata dia.
Selain inflasi yang rendah dan stabil, kata Darmin, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga semakin berkualitas. Hal ini tecermin dari membaiknya berbagai indikator sosial, yaitu tingkat kemiskinan pada Maret 2018 sebesar 9,82 persen. Begitu juga dengan tingkat ketimpangan yang mencapai gini rasio 0,389, terendah sejak Maret 2012.
“Kita memasuki angka satu digit untuk tingkat kemiskinan, merupakan titik terendah sejak 1970,” ujar dia.
Darmin juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 berada di kisaran 5,3 persen .
“Saya perkiraannya antara 5,2 persen dan 5,3 persen. Antara itu, ya tingginya 5,3 persen, rendahnya 5,2 persen,” ujar Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (25/7).
Dia menjelaskan, salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II menjadi lebih baik adalah pergeseran waktu panen raya dari April dan Mei.
“Panen kita itu bergeser dari kuartal I ke kuartal II tadinya Februari, Maret, tahun ini ke April-Mei. Itu akan mendorong pertumbuhan kuartal II relatif lebih tinggi. Apalagi kalau dihitung year on year, karena tahun lalu panen raya pada Maret. Tahun ini April, Mei,” ujar dia.
“Ditambah tentu saja pilkada waktu itu sudah lewat, ada dua event itu yang sebenarnya mendorong pertumbuhan lebih tinggi dibanding kuartal I,” kata dia.
Pertumbuhan konsumsi juga diprediksi membaik pada kuartal II 2018. Darmin memperkirakan pertumbuhan konsumsi akan dapat menyentuh angka 5 persen.
“Sebetulnya ritel sudah membaik kalau berbagai indikator dilihat, tadinya 4,95 persen. Rasanya bisa masuk ke 5 persen, karena ada Lebaran di kuartal II itu semua. Itu akan mendorong belanja orang,” kata dia.
Oleh: Arbie Marwan