Rasulullah memiliki sifat wajib yaitu Shiddiq (Jujur), Amanah (Dapat dipercaya), Fathonah (Cerdas) dan Tabligh (Menyampaikan).

“Tapi apakah sifat Shiddiq/Jujur itu hanya boleh dimiliki Rasulullah atau kita punya juga? Mestinya kita juga jujur dalam bertutur kata dan bertindak karena Rasulullah adalah suri tauladan kita,” katanya.

‘لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ (21)’ [سورة الأحزاب]

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah,” (Q.S. Al-Ahzab: 21).

“Kalau ingin mencontoh seseorang, maka tirulah Rasulullah. Sebab beliau adalah Baabullah (pintu menuju Allah). Kita memandang Rasulullah Saw itu bagaimana? Apakah hanya Muhammad Ibni Abdillah saja sampai nasabnya Adnan? Bagaimana caranya kita mentransformasikan sifatnya Rasulullah Saw pada diri kita?,” ucap Kyai Nafis.

Tidak mungkin kita mengaplikasikan Kalam hikmah yang diajarkan oleh Syekh Abdul Qodir Al Jailani tanpa meneladani contoh dari Rasulullah Saw.

Mulai dari hari ini, bukan hanya sekadar menghafal sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh Rasulullah, melainkan juga belajar untuk menjadi jujur terhadap diri sendiri melalui pemikiran dan perilaku.

Sifat kedua adalah Amanah, yang berarti dapat dipercaya. Pernahkah Anda mengalami perasaan dikhianati oleh seseorang? Bagaimana rasanya?

Orang yang jujur harus memiliki sifat amanah, sementara orang yang berdusta cenderung melakukan pengkhianatan.

Sifat ketiga adalah Fathonah atau kecerdasan, yang dalam konteks ini bukanlah kecerdasan sebagaimana yang dimiliki oleh Einstein. Dalam konteks ini, kecerdasan merujuk pada kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah.

Zawiyah mengajarkan kecerdasan jiwa, yang mencakup kematangan jiwa ketika menghadapi berbagai masalah, kemampuan membedakan antara yang benar dan yang salah, serta kemampuan memahami mana yang pantas dan mana yang tidak.

Seseorang yang cerdas mampu menyampaikan (Tabligh), dan untuk melakukan hal tersebut, syarat utamanya adalah memiliki kecerdasan. Kecerdasan bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, melainkan hasil dari pembelajaran dan penerapan. Berkomitmen untuk menjadi orang yang jujur (Shiddiq) sangat penting, karena derajat orang yang jujur lebih tinggi daripada derajat para martir (syuhada).

Tasawuf dapat dianggap sebagai pembelajaran ilmu untuk mencapai kesempurnaan hidup. Ini melibatkan membersihkan hati dari berbagai penyakit hati dan menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji.

Jika kalian ingin tawasul untuk berdzikir maka cukup Tawasul kepada;

1. Rasulullah
2. Seluruh Masyayikh Silsilah Tarekat Shiddiqiyah Darqowiyah Syadziliyah
3. Dan Seluruh Masyayikh Silsilah Tarekat Qodiriyah Al Jilaniyah.

“Tidak perlu mencari-cari ke Wali Allah yang lain, karena rantai guru (sanad) dalam tarekat ini sudah terbukti dan diuji. Hanya untuk istighosah umum, Anda dapat menggunakan tawasul kepada para Walisongo,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain