Jakarta, Aktual.co — Kemarin sore (21/10) terlihat Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian di era SBY, Chaerul Tandjung (CT) menghadap Presiden Jokowi di Istana Negara. Spekulasi pun kemudian berkembang, bahwa CT akan lanjut memegang jabatan Menko Perekonomian di Kabinet Jokowi mendatang. Menyikapi hal ini, peneliti LSP Gede Sandra memiliki pandangan kritis.
“Jika benar CT jadi Menko, berarti tidak ada perubahan dalam kabinet Jokowi dibandingkan dari kabinet SBY. Seharusnya Jokowi paham bahwa CT sebagai pengusaha tidak lah begitu paham terhadap soal-soal makro ekonomi. Terbukti prestasi CT sebagai Menko sama sekali tidak istimewa, karena faktanya fundamental ekonomi Indonesia terus merosot selama dipimpin taipan ini,” ujarnya kepada Aktual.co, Rabu (22/10).
Untuk menggambarkan merosotnya fundamental ekonomi selama kepemimpinan Menko CT (Mei-Oktober 2014), Gede mengambil contoh soal neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Pada bulan Mei 2014, saat CT pertama kali diangkat jadi Menko, neraca perdagangan tercatat masih surplus sebesar 69,9 juta dollar AS. Sebulan menjabat, pada Juni 2014, neraca sudah defisit ke 0,3 miliar dollar AS. Tiga bulan menjabat, pada Agustus 2014, neraca kembali defisit sebesar 318 juta dollar AS.
Sedangkan untuk transaksi berjalan, pada kuartal ke II, saat CT baru sebulan menjabat Menko, sudah tercatat defisit sebesar 9 miliar dollar AS. Kemudian, pada kuartal ke III, saat CT sudah 4 bulan menjabat Menko, transaksi berjalan ternyata masih defisit di angka 8 miliar dollar AS.
“Berbagai defisit inilah yang membuat kurs rupiah terhadap dollar tidak kunjung menguat selama CT menjabat Menko, terus berada di kisaran Rp12 ribu/dollar AS. Akibatnya perekonomian Indonesia selalu berada pada zona berbahaya atau lampu kuning. Bahkan, bukan tidak mungkin bila CT kembali menjadi Menko di Kabinet Jokowi, pada bulan Desember 2014 kurs dapat tembus ke Rp13 ribu/dollar AS.”
Sehingga, menurut lulusan magister ilmu ekonomi UI ini, saat itu terjadi (kurs tembus Rp 13 ribu/dollar AS) perekonomian Indonesia benar-benar sudah lampu merah atau masuk ke zona gawat darurat. Bukan tidak mungkin, saat yang bertepatan dengan 100 hari pemerintahannya itu semuanya telah menjadi begitu terlambat bagi Jokowi.

Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Disclaimer
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.