Jakarta, Aktual.com – Sebulan terakhir ini, kita dikagetkan oleh beberapa kejadian intoleransi yang berpotensi memicu konflik horizontal di tanah air. Beberapa di antaranya ialah pembakaran mushola di Tolikara, Papua dan gesekan massa di Bitung, Sulawesi Utara.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia mensinyalir kejadian semacam itu adalah bagian dari operas intelijen asing yang menggunakan antek-anteknya di Indonesia. Selain itu, KAMMI menyayangkan ketidaktegasan sikap pemerintah dalam menyikapi kasus SARA tersebut.

Ketua Umum PP KAMMI, Andriyana, mendesak BIN dan TNI agar segera mengambil inisiatif kontra-intelijen di tengah lemahnya kepemimpinan nasional saat ini.

“Kewaspadaan dan kekompakan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan dalam jihad mempertahankan NKRI dari ancaman kekuatan asing yang ingin memecah belah bangsa Indonesia,” ungkapnya dalam siaran pers yang diterima redaksi, Kamis (23/7).

Sebelumnya, anggota Komisi III DPR RI, Syarifuddin Suding mengakui bahwa konflik-konflik yang kerap terjadi di Indonesia tidak terlepas dari agenda setting asing gar bangsa kita tidak punya waktu dan ruang dalam untuk melangkah dan berpikir maju.

“Tidak bisa kita pungkiri, bahwa memang banyak kejadian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dipengaruhi oleh asing. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia seperti konflik horisontal, juga tidak terlepas dari pengaruh luar,” ungkapnya di Jakarta, Rabu (22/7).

Artikel ini ditulis oleh: