Jakarta, Aktual.com – Pemerintah diminta bersikap atas kasus salah kirim minyak mentah (crude) oleh Glencore Plc terhadap PT Pertamina (Persero), karena dicurigai ada tindakan kongkalikong dari mafia migas.

Pertamina semula memesan minyak untuk kilang Balikpapan dengan komposisi 70% minyak sarir dan 30% minyak mesla, tapi dikirim oleh Glencore justru sebaliknya, 30% sarir dan 70% mesla.

“Ini bisa jadi ada kongkalikong. Perlu diperiksa apakah Glencore dan Pertamina sengaja melakukan itu? Atau memang NOC Libia sana yang berbuat kesalahan. Tapi saya menduga ada mafianya,” tegas Anggota Komisi VII DPR asal Fraksi Hanura, Inas Nasrullah Zubir di Jakarta, Senin (26/9).

Namun demikian, kendati mesti ada pemeriksaan, dia merasa belum saatnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan. Pasalnya, belum terjadi kerugian keuangan negara karena Pertamina akan melakukan klaim.

“Tapi proses ini mencurigakan dan tidak umum terjadi di pasar. Saya menduga ada mafianya sama seperti pengiriman zapati crude. Saya menduga mafia migasnya Ari Soemarno,” cetus dia.

Ketika dikonfirmasi apakah dengan kesalahan pengiriman ini pihak Glencore harus masuk daftar hitam atau blacklist? Menurut Inas, dari sisi harga perlu dipertimbangkan lagi.

Pasalnya, dari yang dia ketahui, harga yang ditawarkan oleh Glencore dibanding dengan pihak lain seperti Shell atau British Petroleum (BP), harga Glencore memang lebih murah.

“Saya kira begini, dari sisi harga lebih murah dibanding harga dari Shell atau BP. Harga rata-rata Glencore masih US$ 3 ke bawah. Kalau harga BP bisa di atas US$ 3 ya,” jelas dia.

Meski begitu, dia mengkritisi kinerja ISC Pertamina. Selama ini, dengan adanya pembelian sarir crude dan mesla crude cukup mencurigakan. Apalagi pihak ISC Pertamina hanya mengklaim sebagai variasi baru.

“Itu harus dibuktikan ISC (soal varitaf). Mestinya, ISC Pertamina harus membuktikan dulu, baru dibeli. Karena crude yang dibeli itu sesuai tidak dengan kilang yang dimiliki oleh Pertamina,” pungkasnya.

 

*bustomi

Artikel ini ditulis oleh: