Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto berbicara saat pengumuman susunan kepengurusan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (30/5/2016). Kepengurusan baru Partai Golkar disusun oleh tim formatur bersama Setya Novanto, yang terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar Periode 2016-2019 pada Musyawarah Nasional Luar Biasa pada 15-17 Mei lalu.

Jakarta, Aktual.com – Partai Golkar mengundang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama hadir pada acara Musyawarah Daerah (Musda) DPD Partai Golkar DKI Jakarta di Kantor DPP Partai Golkar, di Jalan Anggrek Nelly, Slipi, Jakarta, Minggu (19/6).

Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto menceritakan sosok calon incumbent Gubernur DKI Jakarta itu.

Ia mengaku dirinya mengenal Ahok sejak bertemu di DPR pada masa bakti 2009-2014. Di mana, Setya Novanto menjadi Ketua Fraksi Golkar di DPR, sementara Ahok menjadi Anggota Komisi II DPR. Untuk itu, Novanto mengajak Ahok untuk kembali ke Partai berlambang beringin ini.‎

“Jadi Pak Ahok ini adalah anak yang hilang kembali ke kandang Pak Ahok,” ujar Novanto dalam pidatonya.

Selain itu, lanjutnya, ada banyak peristiwa yang tidak bisa dilupakan Novanto terhadap Ahok di DPR. Cerita pertama ketika dirinya sedang rapat dengan pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi di DPR. ‎Kala itu, rapat dipimpin oleh Ketua DPR Marzuki Ali. Rapat tersebut membahas perkara Bank Century dan harus diputuskan saat itu juga.

“Tapi, tau-tau masuk anggota Fraksi DPR, dia langsung bilang, ‘Ketua Fraksi, turun. Saya mau bawa ke ruang rapat’,” tutur Novanto.

Kemudian, diakui Novanto, ia sempat tercengang dengan Ahok ketika dirinya ingin membuat sebuah sistem Informasi Teknologi dari Fraksi ke DPD-DPD di daerah. Belum tercapai keinginan itu, ternyata Ahok sudah memiliki datanya.

“Dia datang waktu itu, ‘Pak Ketua saya sudah bikin, ini semua datanya saya punya’. Saya‎ bilang, ini orang pinter juga,” kata Novanto seraya mengikuti Ahok kala itu.

Sementara, tambahnya, yang paling tidak bisa dilupakan Setya adalah ketika Ahok mundur dari Fraksi untuk maju menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo (Jokowi) pada 2012.

“Dan ini yang di luar dugaan saya, dia ngobrol sana-sini, tiba-tiba, ‘pak saya minta izin saya mau keluar dari DPR, ini sudah saya putuskan berhari-hari dan saya ingin jadi calon wakil gubernur’. Saya bilang, Apa mampu? Saya gengsi juga, saya bilang silakan saja. Tapi jangan lupa, ingat Partai Golkar,” ungkapnya.

“Inilah salah satu persahabatan saya dengan Ahok, sehingga apapun yang saya lihat, di DPR sudah ada prestasi-prestasi. Jadi nggak heran di DKI prestasinya beri kepentingan besar buat DKI,” tambah Mantan Ketua DPR ini.

Artikel ini ditulis oleh: