Surabaya, Aktual.com — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya memberikan sejumlah masukan kepada pemerintah mengenai konsep kemaritiman agar rencana yang sudah dibangun tidak salah jalan.
Masukan konsep itu diberikan usai menggelar “Fokus Grup Diskusi Kemaritiman dan Energi 2015” yang diadakan di Gedung Pertamina, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (26/9).
“Hasil diskusi ini akan kita bawa ke pemerintah pusat, dan diharapkan bisa menjadi salah satu masukan mengenai konsep kemaritiman yang sudah direncanakan, agar tidak salah jalan,” ucap Ketua Panitia Diskusi, Ali Yusa.
Ali menyebutkan, beberapa masukan yang sudah terangkum usai diskusi antara lain memanfaatkan keberadaan laut sebagai alur distribusi utama berbagai sumber energi seperti gas atau lainnya.
Selain itu, mengenai keberadaan kilang lama yang perlu diperbarui, dan bila membangun kilang baru lebih baik diarahkan atau difokuskan ke wilayah laut.
“Berbagai masukan juga kita lakukan, karena saat ini banyak isu yang sengaja mengaburkan konsep kemaritiman yang ada, salah satunya terkait holding dan energi baru terbarukan,” katanya.
Ia menjelaskan masukan itu perlu dilakukan agar konsep kemaritiman selalu tergambarkan pada setiap program yang dilakukan oleh lembaga dan institusi pemerintah.
“Jangan sampai konsep kemaritiman tidak tergambarkan pada program yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, seperti BUMN atau yang lainnya,” katanya.
Sementara dalam diskusi yang awalnya akan dihadiri oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Sutjipto itu juga membicarakan beberapa hal terkait mahalnya biaya distribusi laut di wilayah Indonesia Timur, yang disebabkan faktor Sumber Daya Manusia.
Dalam diskusi itu, hadir Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Wisnuntoro mewakili Dwi Sutjipto yang batal hadir, dan Prof Ketut Buda Artana yang merupakan Pakar Energi Maritim dan Wakil Rektor IV ITS.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan