Mantan Pangkostrad ini menyebutkan, segala sumber daya yang melimpah ruah, dan bonus demografi yang sangat besar, bahkan jauh dari negara-negara lain, namun belum dapat membantu pemerintah secara optimal guna meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan nasional.

“Bagi TNI AD, memang hal itu dapat dikatakan sebagai diluar batas kewenangan, namun jika kita telisik lebih dalam lagi, maka sesungguhnya esensi dari sistem pertahanan rakyat semesta adalah kesejahteraan masyarakat dan kemandirian bangsa. Oleh karenanya, TNI AD merasa terpanggil untuk menyelaraskan fungsi pertahanan dengan pembangunan kesejahteraan nasional,” tegas Mulyono.

Menurut dia, suatu kemustahilan jika mengelola aset yang demikian besar hanya dengan pemikiran yang pragmatis dan sektoral. Untuk itu, dalam berbagai kesempatan, TNI AD senantiasa mengajak seluruh komponen bangsa untuk turut terlibat dan melibatkan diri dalam program yang sedang dibangun oleh pemerintah, khususnya untuk membangun Indonesia sejahtera sesuai dengan fungsi dan bidang kompetensi masing-masing.

Dalam kesempatan itu, Mulyono mengatakan, perang yang juga dikenal sebagai “Unrestricted War” ini, strategi dan taktiknya tidak hanya menggunakan kekuatan militer saja, namun juga mengedepankan kekuatan nonmiliter seperti Ipoleksosbud dan teknologi.

“Jika dicermati, sesungguhnya perubahan ini juga telah dialami dunia ketika mencairnya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika, runtuhnya tembok Berlin, pecahnya Uni Soviet dan negara-negara semenanjung Balkan, Perang Irak dan berbagai peristiwa terakhir lainnya yang menaikkan tensi hubungan internasional,” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara