Jakarta, aktual.com – Presiden Konferedasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengatakan, kesenjangan ekonomi telah menyebabkan orang kaya semakin kaya dan sebaliknya rakyat yang miskin semakin susah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan upaya memperkecil kesenjangan pendapatan.

“Kita tidak anti orang kaya, tidak anti investasi, tapi kita juga ingin kaya. Pemerintah harus hadir agar tidak terjadi gap yang curam dalam pendapatan,” kata Said dalam Seminar Nasional ‘Efek Domino Serbuan Tenaga Kerja Asing’ di Jakarta, Selasa, (2/8).

Disampaikan dia, terjadinya kesenjangan ekonomi disebabkan ketidakhadiran pemerintah. Yakni dengan memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia. Belakangan, yang ada justru penyediaan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja asing dari China.

“Ekonomi tumbuh itu indikatornya adalah pengurangan pengangguran, kalau ekonomi tumbuh tapi tidak berkurang pengangguran berarti ekonomi itu hanya dinikmati segelintir orang, tidak dinikmati orang-orang bawah,” ucap Said.

Ditempat yang sama, sebelumnya Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Indonesia, Mirah Sumirat, mempertanyakan komitmen Presiden Joko Widodo pada kampanye pemilihan presiden 2014. Jokowi menandatangani Piagam Perjuangan Marsinah terkait ketenagakerjaan.

“Kami Aspek mendesak pemerintah untuk serius dalam menyikapi informasi terkait membanjirnya tenaga kerja asal China,” tegasnya.

Piagam Perjuangan Marsinah mengenai ketenagakerjaan menyangkut Tri Layak, yakni Kerja Layak, Upah Layak dan Hidup Layak Pekerja. Komitmen untuk mematuhi perintah konstitusi itu adalah melindungi, mencerdaskan dan menyejahterahkan rakyat. Dimana didalamnya termasuk kaum buruh.

Dengan membanjirnya tenaga kerja China belakangan ini, Aspek Indonesia meminta Presiden Jokowi untuk mengkaji ulang kebijakannya terkait ketenagakerjaan. Selain itu juga memberikan solusi yang lebih berpihak kepada kepentingan rakyat Indonesia.

“Dari sejumlah kasus diketahui bahwa kebanyakan para pekerja itu masuk menggunakan visa turis,” jelas Mirah.

 

Laporan: Sumitro

Artikel ini ditulis oleh: