Ilustrasi- Jamaah Haji sedang berada di sekitar Kabah

Jakarta, aktual.com – Haji merupakan rukun Islam kelima yang memiliki kedudukan agung dalam syariat Islam. Ia bukan sekadar perjalanan fisik menuju tanah suci, melainkan perjalanan spiritual yang penuh makna, pengorbanan, dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Dalam pelaksanaannya, seorang Muslim menanggalkan identitas duniawi, mengenakan pakaian ihram yang sederhana, dan bersatu dengan jutaan saudara seiman dari berbagai penjuru dunia dalam satu tujuan menggapai ridha Allah.

Keutamaan ibadah haji sangat besar, hingga Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa haji mabrur tidak ada balasan lain selain surga. Haji juga menjadi momentum untuk menghapus dosa-dosa masa lalu, sebagaimana sabda Nabi ﷺ

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barang siapa berhaji lalu tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). (Mesir: al-Mathba’ah, 1311 H, Jilid II hlm. 133)

Selain itu, haji juga mempererat ikatan ukhuwah Islamiyah dan mengingatkan kembali umat Islam akan warisan spiritual para nabi.

Setiap rangkaian manasik haji mengandung pelajaran yang mendalam—dari keteguhan iman Nabi Ibrahim, kesabaran Hajar, hingga ajaran tauhid yang diperjuangkan oleh Rasulullah ﷺ. Maka tak heran, ibadah ini menjadi puncak pengalaman keagamaan seorang Muslim dan salah satu bentuk penghambaan yang paling agung di sisi Allah SWT.

Al-Qur’an telah menyebutkan adanya berbagai manfaat dan maslahat yang diperoleh manusia dalam pelaksanaan ibadah haji. Allah berfirman:

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَۖ ۝٢٨

“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah diberikan-Nya kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagiannya dan berikanlah makan kepada orang yang susah lagi fakir.” (QS. Al-Hajj: 28)

Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini bahwa yang dimaksud dengan manfaat adalah manfaat dunia dan akhirat. Manfaat akhirat berupa keridhaan Allah SWT, sedangkan manfaat dunia berupa kesehatan jasmani, hewan kurban, dan perdagangan. (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.th, hlm. 351).

Jika kita ingin merinci penjelasan Ibnu Abbas ini, kita akan mendapati banyak manfaat keagamaan dan duniawi dari ibadah haji. Di antara manfaat-manfaat tersebut adalah:

1. Persatuan Umat Islam

Agama ini dibangun di atas dasar kebersamaan dan persatuan kaum muslimin. Oleh karena itu, Allah menjadikan banyak ibadah sebagai sarana untuk mempertemukan mereka.

• Pertemuan harian: terjadi lima kali dalam sehari pada tingkat lingkungan, melalui shalat berjamaah.
• Pertemuan mingguan: terjadi setiap pekan di tingkat kota melalui shalat Jumat.
• Pertemuan tahunan: terjadi sekali dalam setahun di tingkat seluruh dunia Islam, melalui ibadah haji di Baitullah.

2. Menghidupkan dan Menampakkan Ukhuwah Islamiyah

Ibadah haji menjadi sarana nyata untuk menghidupkan ukhuwah Islamiyah, tanpa terpengaruh oleh perbedaan bahasa atau jarak geografis. Jamaah haji berkumpul di sekitar Ka’bah, mengucapkan doa yang sama, kepada Tuhan yang sama, dan menghadap ke arah yang sama.

3. Menyatukan Umat Islam kepada Poros Mekkah

Ibadah haji mengikat kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia untuk mengarah kepada poros utama umat Islam, yaitu kota Mekkah—tempat munculnya cahaya tauhid ke seluruh dunia. Ini menjadi simbol kesatuan dan prinsip yang menyatukan mereka.

4. Wujud Persamaan di Antara Sesama Muslim

Haji menggambarkan kesetaraan di antara umat Islam. Semua perbedaan status sosial lenyap; di Arafah, Mina, saat melempar jumrah, dan dalam thawaf, sulit dibedakan mana orang kaya dan mana orang miskin. Semuanya larut dalam suasana spiritual yang sama: mendekat kepada Allah dan mengharap ridha-Nya.

Ini mengingatkan manusia akan asal mula mereka yang sama: dari rahim ibu tanpa kelebihan apapun, dan akan kembali menghadap Allah tanpa membawa apa pun, seperti saat hari kiamat.
5. Memberi Manfaat Ekonomi bagi Kaum Fakir

Ibadah haji juga menjadi sebab datangnya rezeki bagi fakir miskin penduduk sekitar. Banyak dari mereka yang bisa hidup dari hasil musim haji selama setahun penuh. Ini merupakan pengabulan doa Nabi Ibrahim:

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanaman di dekat rumah-Mu yang suci, agar mereka melaksanakan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan karuniakanlah kepada mereka rezeki dari buah-buahan agar mereka bersyukur.”

6. Pendidikan Jiwa dan Akhlak

Haji adalah madrasah untuk:
• Melatih fisik agar tahan terhadap kesulitan dan ujian.
• Mendidik akhlak agar menjadi pribadi yang tawadhu’, penyabar, dan bersahabat.
• Mendidik jiwa untuk dermawan, suka berkorban, dan membantu sesama.
• Mendidik hati agar selalu merasa diawasi Allah dan menjaga kesucian batin.

Allah berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Maka barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk berhaji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Dengan semua keutamaan dan manfaat yang terkandung di dalamnya, haji menjadi puncak ibadah yang menyatukan dimensi ruhani, sosial, dan moral. Ia bukan hanya momen suci yang menghapus dosa, tetapi juga ajang persatuan, pendidikan jiwa, serta penguatan nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman. Maka dari itu, siapa pun yang diberi kemampuan oleh Allah untuk menunaikannya, hendaknya menyambut panggilan haji dengan penuh syukur, niat yang tulus, dan kesiapan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan-Nya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain