Jakarta, Aktual.com — Melanjutkan pemberitaan Aktual.com sebelumnya, menurut penelitian, usia kandungan enam bulan pada ibu hamil, kemampuan otak bayi 75 persen lebih besar dari otak dewasa dan memasuki usia kandungan delapan bulan memiliki kemampuan dalam menanggapi kejadian di sekitarnya. Sehingga di usia 0 hingga 3 tahun sangat dibutuhkan beberapa dukungan untuk dapat mengoptimalkan kemampuan otak bayi.

Menurut Ustad Syarif Hidayatullah kepada Aktual.com, Jumat (22/04), mengoptimalkan kemampuan seorang anak bisa dilakukan dengan cara mengembangkan kecerdasan otaknya dari berbagai dukungan semenjak bayi. Dukungannya berupa pemenuhan nutrisi bayi melalui ASI dan makanan pendamping lainnya dan juga dukungan pemenuhan stimulasi dari luar, salah satunya adalah dengan membacakan buku.

Membacakan buku merupakan salah satu stimulasi yang tepat diberikan kepada bayi. Walaupun bayi belum mengerti kata-kata, namun kebiasaan membacakan cerita untuk bayi mempunyai banyak manfaatnya, seperti:

1. Menstimulasi bayi (terutama indra pendengaran dan penglihatan).
2. Berkomunikasi dengan bayi.
3. Mempersiapkan bayi belajar bicara dan membaca.
4. Memperkenalkan dan mengajarkan kosa kata.
5. Memperkenalkan bayi bahwa buku sumber pengetahuan.
6. Mengajarkan bayi bagaimana memegang dan membuka buku.

Oleh karena itu, lanjut Ustad Syarif, kita sebagai Muslim diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW untuk banyak membaca. Karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna, sebagaimana janji Allah SWT,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا العِلمَ دَرَجَاتٍ

Artinya,”Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu dengan beberapa derajat yang tinggi. ”

Sehingga, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa ‘membaca’ adalah syarat utama guna membangun peradaban. Dan, bila diakui bahwa semakin luas pembacaan semakin tinggi peradaban, demikian pula sebaliknya.

“Maka usaha untuk menggalakkan budaya membaca adalah hal yang sangat ‘urgent’ untuk selalu dikampanyekan dan diusahakan. Maka, tidak mustahil jika pada suatu ketika manusia akan didefinisikan sebagai ‘makhluk membaca’, suatu definisi yang tidak kurang nilai kebenarannya dari definisi-definisi lainnya semacam ‘makhluk sosial’ atau ‘makhluk berfikir’,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: