Di tengah gempuran calon yang ingin mendampingi Megawati Soekarnoputri saat itu, tepatnya menjelang Pilpres 2004 itu Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan memutuskan calon pendamping Ketua Umum Megawati sebagai Capres adalah tokoh yang lebih agamis

Namun saat itu, pilihan Megawati sudah mengerucut pada dua tokoh, yaitu Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan Hamzah Haz dan Hasyim Muzadi.

Meski ada dua kandidat tokoh agamis, tapi Megawati sangat memperlihatkan keinginannya untuk menggaet Hasyim sebagai pendamping. Bahkan, Megawati mengutus petinggi PDIP untuk sowan (silaturahmi) kepada Kiai Langitan di Tuban, Jawa Timur, yakni KH Abdullah Faqih (almarhum).

Ketika itu juga Hasyim didekati tokoh Partai Golkar agar mau menjadi Cawapres.  Bahkan, Hasyim juga didekati Partai Hanura agar mau dipasangkan dengan Wiranto.

Seperti diketahui, Pilpres 2004 diikuti lima pasangan calon pada nomor urut 1 Wiranto-Salahudin Wahid, urutan 2 Megawati – Hasyim Muzadi, urutan nomor 3 Amien Rais- Siswono Yudo Husodo, urutan nomor 4 SBY- JK, urutan terakhir atau 5 Hamzah Haz- Agum Gumelar.

Dari hasil pemungutan suara kala itu alias di putaran pertama, yakni Pasangan Wiranto-Salahuddin sebesar 22,15 persen. Megawati- Hasyim 26,61 persen, pasangan Amien Rais- Siswono 14,66 persen, pasangan nomor urut 4 SBY- JK sebesar 33,57 persen. Pasangan terakhir, yakni Hamzah Haz- Agum Gumelar sebesar 3,01 persen.

Sehingga, dari perolehan hasil penghitungan resmi yang dilakukan KPU ketika itu, pasangan Megawati-Hasyim Muzadi dan SBY-JK lolos ke putaran kedua dengan perolehan suara masing-masing 31.569.104 (26,61%) dan 39.838.184 (33,57%).

Hasil penghitungan suara yang cenderung petahana jauh dari pasangan penantang seperti SBY- JK. Alhasil, membuat partai politik (Parpol) yang pasangan calonnya tidak masuk di putaran kedua pun menentukan koalisi baru untuk mendukung pasangan Capres-Cawapres di putaran kedua tersebut.

Pada putaran kedua, pasangan Megawati- Hasyim didukung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Bintang Reformasi, Partai Damai Sejahtera. Sementara, SBY- JK mendapat dukungan penuh dari partai pada putaran kedua, yakni Partai Demokrat, PAN, PKB, PPP, PKS, PBB, dan PKPI.

Hingga pada 4 Oktober 2004, hasil pemungutan suara resmi yang disampaikan KPU atas putaran kedua Pilpres dari 150.644.184 orang pemilih terdaftar, 116.662.705 orang (77,44%) menggunakan hak pilihnya. Dari total jumlah suara, 114.257.054 suara (97,94%) dinyatakan sah, pasangan Megawati – Hasyim pun tumbang.

Pasangan Capres-Cawapres SBY- JK memperoleh hasil suara sebesar 60,62 persen. Sementara , Megawati – Hasyim atau Koalisi Nasional Kebangsaan hanya mengantongi 39,38 persen saja. Artinya, pasangan SBY- JK keluar menjadi pemenang ketika itu.

Duet maut yang diajukan Megawati dengan menunjuk Hasyim Muzadi sebagai pendamping bukan tanpa alasan. Selang beberapa waktu lamanya, pasca Pilpres berakhir dan ketika sang Kiai meninggal dunia, putri kedua sang proklamator itu pun menyampaikan kekagumannya kepada kiayi kharismatik tersebut.

“Beliau sosok yang mampu menciptakan suasana damai di tengah berbagai perbedaan. Selain dikenal pandangannya yang moderat, toleran, dan penuh welas asih. Kiai Hasyim juga mampu menjadikan diri beliau sebagai jembatan persaudaraan umat beriman. Bahkan, berbagai tokoh agama dan kepercayaan merasakaan kebijakasanaan beliau,”kata  Megawati sebagaimana disampaikan Sekertaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (16/3/2017).

Masih dikatakan dia, beberapa kesan dan pesan dari Presiden RI kelima tersebut atas Kiai Hasyim Muzadi. Megawati Soekarnoputri mengungkapkan bahwa Kiai Hasyim adalah sosok sahabat sejati dan mereka bersama menjadi mitra berjuang pada saat Pilpres 2004.

“Kami terus menjaga persahabatan dan sering menghadiri acara yang digagas beliau. Bahkan, ketika saya diminta oleh PM Thailand Thaksin, agar membantu menyelesaikan ketegangan di Thailand Selatan akibat masalah agama, saya meminta bantuan KH Hasyim Muzadi bersama Bapak Hasan Wirayuda untuk membentuk International Conference of Islamic Scholars (ICIS),” sebut Megawati.

Terbukti, kemudian ICIS mampu menjadi wahana untuk mewujudkan dialog yang konprehensif guna memperkuat wajah Islam yang moderat, toleran dan penuh dengan semangat perdamaian. Untuk diketahui, KH A Hasyim Muzadi wafat di Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang, Jawa Timur, pada Kamis (16/3/2017) pukul 06.15 WIB.

“Selamat jalan Kyai Hasyim Muzadi menemui Sang Khalik. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisi-Nya dan semoga khusnul khotimah. Amin,” tutur Megawati.

Upaya Tangkal Stigma, Tameng Ulama

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang