Jakarta, aktual.com — Politisi muda PDI Perjuangan Adian Napitupulu belakangan rutin mengkritik kinerja Kementerian BUMN. Sejumlah kritik disampaikan Adian Napitupulu menyebar di berbagai media sosial. Mulai soal kinerja keuangan, hingga penunjukan berbagai direktur.

Kritik Adian dinilai sah mengingat ia politisi pendukung Presiden Jokowi bahkan dari sisi kemampuan dan jam terbang cukup kompeten untuk naik level. Apalagi, ia dengan mudah bertemu dengan Jokowi.

Bahkan, politisi seperti Eva Kusuma Sundari pernah menilai Adian layak masuk kabinet karena punya karakter mirip dengan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, populer, punya visi, dan representasi kaum muda reformasi. Bahkan, pada halalbihalal aktivis 98, Jokowi menyebut Adian cocok menjabat posisi penting pemerintahan karena punya kapasitas.

Kini, saat ramai isu reshuffle, nama Adian juga ramai diperbincangkan masuk Kabinet untuk duduk di BUMN, sebagai wakil menteri. Apalagi, banyak kalangan menilai jabatan di BUMN perlu dipegang oleh orang-orang yang tegas.

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies Jerry Massie menilai, dari sisi ide dan usulan perbaikan yang disampaikan Adian terhadap kinerja BUMN, perlu diterima.

Menurut Jerry, untuk posisi wakil menteri, memang perlu personal branding, branding image serta perlu memiliki Character, Credibility dan capability (3C). Dari sisi popularitas, Adian dikenal publik. Selain itu, kritik dan masukan Adian banyak yang rasional dan bisa diterapkan.

“Ide-ide dan usulan yang baik dari Adian perlu diterima juga,” kata Jerry, kepada wartawan, Minggu (5/7/2020).

Kata Jerry, seorang wamen harus memiliki kemampuan membagi visi, kemampuan membuat orang lain mau terlibat dalam suatu visi bersama. Selanjutnya kemampuan beradaptasi, kemampian bertahan dalam suatu kemunduran yang tidak dapat dihindari.
Misalnya, seorang pemimpin belajar dari pengalaman ahit yang dihadapinya.

Selain itu, “Mampu memberi dorongan, mengkomunikasikan keyakinan dan keinginannya agar orang lain melakukan hal yang benar”.

Kemudian, sense of integrity, Itu semua harus dimiliki atau suatu integritas yang membedakan mana yang benar dan mana yang jahat. Integritas adalah segala-galanya dalam kepemimpinan dan merupakan hal yang utama.

Dari beberapa indikator tersebut, memang ada hal lain yang belum cukup dari Adian kalau memang duduk di posisi wakil menteri, yaitu untuk posisi wamen idealnya pernah dua tiga kali menjadi komisaris atau direktur sebuah perusahaan.

“Adian memang bukan expert di bidang itu, tapi ide-ide dan usulan yang baik perlu diterima juga, ” kata Jerry.

Jerry melanjutkan, sebagai politisi, kritik Adian memang tidak bisa dilepaskan dari kepentingan. Berbeda jika kritik disampaikan oleh profesional atau akademisi yang tidak ada muatan politik. Kata Jerry, perlu dibedakan faktor niat, motif dan modus serta alami. Motif, modus dan niat itu bisa direkayasa, dimanipulasi tapi alami dia mengalir tanpa rekayasa.

“Ada istilah, musang berbulu domba, air tenang menghanyutkan, air beriak tanda tak dalam, ada udang dibalik batu, musuh dalam selimut dan pagar makan tanaman. Nah, justru itu pendekatan politis dan diplomatis kerap dipakai,” ucapnya.

Belum lama ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat begitu marah karena menyoroti kinerja para menteri kabinetnya. Bahkan Jokowi mengeluarkan ancaman perombakan atau reshuffle kabinet.

Jokowi menilai para menterinya tidak memiliki sense of crisis di tengah situasi pandemi virus corona. Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies Jerry Massie menilai, langkah reshuffle yang akan ditempuh oleh Presiden Jokowi sudah tepat dilakukan.

“Semua itu ada indikatornya, mana menteri yang tak bertaji saat Covid-19, selanjutnya mana yang peduli dengan rakyat yakni ikut membantu meringangkan korban Covid-19,” kata Jerry kepada wartawan.

Begitu pula, lanjut Jerry mana menteri yang punya program yang baik dan layak. Sejaun ini gaya ABS (Asal bapak senang) banyak di lapangan. Contohnya, masih banyak blunder soal BLT dan bantuan Covid-19 sampai penyediaan APD. Baru Jatim jadi zona merah ini pun membuat Jokowi berang.

“Persoalanya banyak menteri jalan sendiri-sendiri tak mu ikut arahan presiden Jokowi. Ada pula yang one man show serta do less but talk more (sedikit berbuat bicara lebih) atau kata lain banyak bicara,” ungkapnya.

Ada beberapa juga making policy (membuat kebijakan) bertabrakan, bertubrukan satu sama lain. Belum lagi bukan ranah dan domain kementeriannya justru di take over (diambil alih). “Inilah yang membuat Presiden berang dan geram,” cetusnya.