Jakarta, Aktual.co —  Dalam Islam makan dan minum pun ada adabnya yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maka sebagai umatnya, hendaklah kita mengikuti apa-apa yang menjadi sunnah Rasulullah tersebut. Apa saja itu, berikut penjabarannya: 
4. Jangan meniup makanan dan minumanDari Abu Qatadah RA, Rasulullah bersabda, “Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas…” (HR. Bukhari 153). 
Berdasarkan penelitian, air panas (H2O) bertemu karbondioksida (CO2) yang dihembuskan oleh mulut akan menghasilkan senyawa H2CO3, atau asam karbonat. Jika asam karbonat ini masuk ke dalam tubuh manusia, maka bisa mengakibatkan penyakit jantung. 
5. Makanlah pakai tanganDari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia menjilati jari jemarinya, sebab ia tidak mengetahui dari jemari mana munculnya keberkahan.” (HR Muslim). 
Mkan pakai jari terbukti lebih menyehatkan, karena dalam jemari terdapat enzim RNAse yang dapat emngikat bakteri sehingga tingkat aktivitasnya sangat rendah ketika masuk ebrsama makanan ke saluran pencernaan tubuh. Enzim ini dipakai dalam analisis genetik, dengan tujuan mendegradasi RNA, sehingga ayng tinggald ari sebuah sel hidup adalah DNA-nya.
Enzin ini ada di jemari dan telapak tangan manusia, (dengan asumsi sudah mencuci tangan sebelumnya). Proses penyuapan makanan ke dalam saluran pencernaan akan mengikuti enzim yang bisa mengikat sel bakteri sehingga aktivitasnya tidak maksimal. Begitu makanan masuk ke saluran pencernaan, maka enzim ini akan ikut mengikat pergerakan bakteri ke saluran pembuangan.
Namun, jika manusia makan pakai sendok, tidak ada yang bisa menahan laju aktivitas bakteri yang terkandung, baik di makanan atau di alat makan tersebut. 
Rasul pun mengajarkan, kalau kebiasaan Rasul sebelum makan adalah mengambil sedikit garam memakai kelingkingnya, lalu menghisap garam tersebut. Secara ilmiah, garam merupakan sumber mineral dari tanah yang diperlukan oleh badan manusia. Dua cecah garam dari jari manusia sama dengan satu liter air mineral. 
6. Berpuasa untuk jaga kesehatan”Hai sekalian orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa, sebagimana telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu dari kamu, supaya kamu bertakwa.” (Al Baqarah 183). 
Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh al-Bibabi bersama rekannya di Amerika melakukan uji laboratorium terhadap sejumlah sukarelawan yang berpuasa selama bulan Ramadan. Hasilnya, menunjukkan pengaruh positif puasa yang cukup signifikan terhadap sistem kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel-sel getah (lymfocytes) membaik sampai 10 kali lipat, walaupun jumlah keseluruhan sel-sel getah bening tidak berubah. Namun prosentase jenis getah bening yang bertanggung jawab melindungi tubuh dan melawan berbagai penyakit yaitu sel T mengalami kenaikan yang pesat. 
Penelitian lain pun dilakukan oleh Dr. Muhammad Munib dan kawan-kawan dari Turki, terhadap seratus responden muslim. Sampel darah meraka diambil sebelum dan diakhir puasa Ramadan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein , total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur pembentuk darah lainnya. 
Didapatkan, adanya penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tdiak terlihat adanya aseton dalam urin, baik di awal maupun di akhir puasa. Fakta ini menyatakan bahwa tidak adanya pembentukan pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama Ramadan. Dengan keutamaan puasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat. Dikutip dari blog cahaya Islam, Kamis (23/10).