Jakarta, aktual.com – Nabi Muhammad saw adalah seorang pendidik yang langsung di didik oleh Allah swt, nabi sendiri pun mengakui bahwa dirinya di utus sebagai pengajar, sebagaimana sabdanya “sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai seorang yang memberatkan/meyakiti dan bukan pula sebagai seorang yang menghendaki kesalah orang lain, tetapi Allah swt mengutusku sebagai pengajar dan pemberi kemudahan”. (HR. Muslim, dalam kitab al-Thalaq)

Beberapa ulama menaruh perhatian dalam menelaah metode pengajaran rasulullah saw, diantaranya adalah Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, dalam kitabnya al-Dzakhair al-Muhammadiyah ia mengatakan bahwa diantara metode rasulullah saw mendidik seseorang adalah:

Pertama dengan mengalihkan sesuatu yang tamapak kepada sesuatu yang tidak tampak dengan dimaknai kedalam keimanan, akhlak dan suluk (menuju kepada Allah). Contohnya suatu ketika rasul dan para sahabat melihat (kecemasan) seorang ibu yang sedang mencari anaknya yang masih kecil, tidak lama kemudian sang ibu bertemu dengan anaknya, ibu tersebut langsung memeluknya dan menyusuinya, kemudia rasul bertanya kepada para sahabat “apakah kalian melihat sayangnya ibu ini pada anaknya?”, ia jawab para sahabat, kemudia rasul bersabda “Allah lebih sayang pada hamba-Nya melebihi sayangnya ibu ini pada anaknya” atau dalam redaksi lain “Allah lebih senang dengan taubatnya seorang hamba melebihi senangnya ibu ini bertemu dengan anaknya”.

Kedua dengan meninggikan segala apa yang dicita-citakan, sebagaiman bersabdanya “Allah itu mencintai perkata yang tinggi dan tidak suka perkara yang rendah”, dan sabdanya “jika ngkau menginginkan surga maka mintalah surga firdaus karena sesungguhnya surga firdaus itu adalah surga yang tertinggi dan langit-langitnya adalah arys Allah yang maha pengasih”.

Dari kedua metode pendidikan rasulullah saw tersebut jika boleh dibahasakan maka metode pertama adalah metode ceramah plus tanya jawab, dengan pendekatan fenomenologi yang diarahkan pada makna keimanan, akhlak dan suluk, sedangkan metode kedua adalah metode pendidikan yang besifat progresif.[Eko Priyanto]

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin