Jakarta, Aktual.com — Sekubal adalah makanan terbuat dari beras ketan yang dikukus dengan santan, lalu dibungkus daun pisang atau daun kelapa (janur), tradisi selalu disajikan pada Hari Raya.

“Menyantap makanan ini sangat pas disajikan pada hari Lebaran, dan biasanya ditemani gulai ayam, rendang daging, opor ayam, kare dan lain-lain. Selain itu, makanan ini pun dapat dinikmati dengan sambal goreng ati, petai, atau jengkol,” kata Tajudin, warga Bandarlampung, Sabtu (18/7).

Ia mengatakan bahwa makanan khas Lampung ini, biasanya dihidangkan pada Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, dan di saat pelaksanaan pesta budaya masyarakat Lampung, seperti pemberian gelar adat, perkawinan, sunatan, dan acara-acara adat dan budaya lainnya.

“Makanan khas daerah Lampung ini biasanya keluar dihidangkan untuk tamu-tamu agung,” ujarnya lagi.

Ia menyebutkan, makanan favorit khas Lampung ini sangat cocok jika disantap bersama-sama keluarga atau sanak famili serta kerabat, untuk mempererat tali silaturahmi.

Menurutnya, bertandang ke Provinsi Lampung atau Sai Bumi Ruwa Jurai tidak lengkap rasanya bila tidak menikmati makanan khas daerah Lampung ini.

Makanan yang sudah hadir sejak lama ini, lanjutnya, merupakan makanan kebudayaan masyarakat asli Lampung.

Tak sulit mendapatkan makanan unik ini.

Di lokasi Pasar Bambu Kuning Bandarlampung, sekubal selalu ramai terjual dan terfavorit bagi masyarakat setempat. Harganya pun sekitar Rp15.000-an saja per bungkusnya.

Proses pembuatan sekubal memerlukan waktu cukup lama sekitar 8 sampai 10 jam, prosesnya antara lain proses merendam, menanak, mencetak dan meletakkannya di atas daun pisang yang digulung.

Sekilas bentuk sekubal hampir mirip dengan lepat, namun rasanya berbeda karena cara pembuatannya pun berbeda.

Karena proses pembuatannya yang cukup rumit dan memakan waktu, banyak masyarakat Lampung yang lebih memilih memesan daripada membuat sendiri sekubal ini.

“Masyarakat dunia khususnya Indonesia harus mengetahui bahwa Lampung memiliki makanan khas yang usianya sudah ratusan tahun, yaitu sekubal atau ketan berbungkus daun pisang,” kata Wali Kota Bandarlampung, Herman HN, beberapa waktu lalu.

Sekubal makanan khas Lampung itu juga tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), dengan rekor penyajian sekubal terbanyak mencapai 75 ribu bungkus yang berasal dari 15 ton ketan, katanya pula.

Ia menambahkan sekubal biasanya disajikan pada bulan Ramadan, perayaan Idulfitri dan Iduladha, serta saat prosesi adat atau pada saat acara pernikahan.

Artikel ini ditulis oleh: