30 Desember 2025
Beranda blog Halaman 38710

Terlibat Kasus Korupsi, Mantan PM Thailand Dilarang ke Luar Negeri

Jakarta, Aktual.co — Mantan Perdana Menteri (PM) Thailand, Yingluck Shinawatra dilarang bepergian ke luar negeri. Hal itu, lantaran dirinya harus menghadapi proses persidangan atas dugaan kasus korupsi.

Juru bicara pemerintah negeri ‘Gajah Putih’, Sunsern Kaewumnerd mengatakan, bahwa Yingluck telah meminta izin untuk bertolak ke luar negeri pada 22 Februari mendatang.

Namun demikian, Pengadilan TinggiThailand  telah menjadwalkan sidang perdana dugaan kasus korupsi yang dilakukan Yingluck pada pertengahan Februari mendatang.

“Jaksa Agung telah mengirimkan surat perintah terkait proses persidangan Yingluck yang akan digelar pada 19 Februari nanti,” ungkap Sunsern, dilansir dari BBC, Senin (9/1).

Sunsern menegaskan, bahwa adik dari Thaksin Shinawatra harus menghadiri sidang perdananya. Karena menurutnya persidangan itu adalah amanah dari konstitusi Thailand.

“Dia (Yingluck) harus hadir agar kasus yang menjerat dirinya bisa berjalan,” tegasnya.

Namun,  pihak pengacara Yingluck menganggap larangan tersebut merupakan pelanggaran Hak Asasi (HAM) kliennya. Meraka merasa hukuman tersebut hanya akal-akalan dari barisan militer di Thailand.

Untuk diketahui, Yingluck adalah Perdana Menteri terpilih Thailand pada 2011 silam. Dia diduga telah meyelewengakan dana subsidi petani beras di negaranya.

Dana tersebut disinyalir digunakan untuk membiayai Yingluck dan partainya. Tapi, tidak diungkapkan berapa besar anggaran yang dikorupsi. Akibatnya, harga beras di Thailand menjadi lebih mahal dibandingan harga beras global.

Hal itu membuat gerah seluruh rakyatnya dan menimbulkan gejolak politik dahsyat di Thailand. Selama berbulan-bulan, rakyat di sana terus melakukan protes dengan berbagai tindakan.

Melihat situasi dan kondisi, di awal Mei 2014 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) Thailand memaksa Yingluck untuk mundur dari jabatannya. Namun, dia tidak mengindahkan desakan tersebut.

Alhasil, dengan alasan menjaga stabilitas negara, pemerintah oposisi menyatukan kekuatan dengan militer Thailand untuk menjatuhkan Yingluck dari kursi Perdana Menteri.

Hal itu berhasil dilakukan. Pada Januari 2015 lalu, Yingluck berhasil dilengserkan dari jabatannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Pengacara BG Sebut KPK Menyalahi Hak Prerogatif Presiden

Jakarta, Aktual.co — ‎Kuasa hukum Komjen Pol Budi Gunawan menyebut penetapan tersangka terhadap Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan telah menyalahi hak prerogatif Presiden Joko Widodo yang menunjuk Budi sebagai calon tunggal Kapolri.
“Penetapan status tersangka dilakukan dengan dilandasi oleh semangat untuk mengambil alih atau mengintervensi atau mempengaruhi hak prerogatif Presiden RI dalam menentukan calon Kapolri yang selanjutnya akan dimintakan persetujuannya kepada DPR,” kata kuasa hukum Budi, Yanuar Wasesa, dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (9/2).
Yanuar juga menilai KPK terlalu arogan dalam menetapkan Komjen Budi sebagai tersangka karena seolah-olah presiden harus meminta pendapat KPK. 
Yanuar menyebut penggunaan wewenang KPK dalam menetapkan status tersangka terhadap kliennya dilakukan dengan tujuan lain. Tindakan KPK itu bertentangan dengan hak prerogatif presiden dalam menentukan calon Kapolri.
“Tegasnya, permasalahan tersebut berada di luar batas wewenang maupun tanggung jawab termohon, bahkan sama sekali bukan wewenang maupun tanggung jawab termohon,” kata dia.
Sidang praperadilan BG ini dipimpin oleh hakim tunggal Sarpin Rizaldi. Hari ini merupakan sidang perdana permohonan praperadilan tersebut setelah sebelumnya ditunda pada minggu lalu karena pihak KPK tidak hadir.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu

Lakukan Kajian, Pemerintah Diingatkan Tak ‘Coba-coba’ Keluarkan Kebijakan

Jakarta, Aktual.co — Kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) untuk menghapus Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) menuai pro kontra, terlebih dari pemerintahan daerah (Pemda).
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon mengatakan seharusnya pemerintah melakukan kajian ilmiah mendalam terlebih dahulu sebelum mengeluarkan suatu peraturan.
“Memang kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seharusnya melalui proses kajian mendalam, karena kalau kita lihat banyak kebijakan itu yang instan dan tidak melalui suatu proses yang panjang melalui pengkajian,” kata Fadli, di Komplek Parlemen, Senayan, Senin (9/2).
“Coba dikaji dulu gitu, semaksimal mungkin, undang para ahli, tokoh, undang stakeholder dalam hal ini juga kepala daerah, bagaimana pendapat mereka tentang masalah ini,” imbuhnya.
Dia berpendapat, langkah untuk melakukan kajian itu agar tidak ada pertanyaan yang seolah belum siapnya suatu peraturan untuk diberlakukan.
“Jadi jangan ada pernyataan dulu kemudian baru dilihat dampaknya. Ini kan banyak, masalah kartu-kartu (KIP,KIS dan KKS) kemarin juga begitu, kemudian kurikulum juga begitu, ini kan kabinet bukan kabinet coba-coba. Jadi harusnya mereka mengkaji dulu secara mendalam, bagaimana implikasinya.”

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Jakarta Banjir, Ahok Tak Menyangka Hujan Begitu Besar

Jakarta, Aktual.co —Diguyur hujan deras sejak pagi, Jakarta ternyata masih terendam banjir. Menanggapi itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Purnama (Ahok) berdalih ‘early warning system’ yang dibuat Pemprov DKI Jakarta sudah bekerja sesuai fungsinya. Lalu mengapa banjir masih saja terjadi? 
“Kan kita ngga sangka ujannya begitu besar volumenya,” dalih Ahok, usai memimpin Rapat di Balai Kota, Senin (9/2).
Selain itu, masalah kerusakan pompa juga menjadi masalah beberapa objek vital seperti Monas, Istana Negara juga ikut terendam.
“Tapi intinya rob mesti diberesin sama di Utara ini mesti pasang pompa besar. sekarang posisi kita kan di bawah permukaan laut, jadi ga mungkin kalau ujan semua ya ngga bisa dipompa keluar,” beber mantan Bupati Belitung Timur itu.
Berdasarkan laporan, saat ini kata Ahok, waduk Pluit sudah berada di titik bahaya.”Ini posisi waduk pluit uda 0 nih. Udah 0 udah mulai titik bahaya ini,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Sekjen PDIP Penuhi Undangan KPK

Jakarta, Aktual.co — Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyato penuhi undangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk menyerahkan bukti-bukti terkait pelanggaran etik yang diduga dilakukan Ketua KPK, Abraham Samad pada Senin (9/2). Hasto tiba di gedung KPK sekitar pukul 14.15 WIB.
“Saya datang memenuhi undangan KPK. Ini undangannya (sambil menunjukkan surat undangan KPK), jadi ini bukan surat pemanggilan,” tegas Hasto, di gedung KPK, Senin (9/2).
Kembali dijelaskan Hasto bahwa kedatangannya di lembaga ‘superbody’ itu adalah untuk melakukan klarifikasi terkait pernyataannya yang sebelumnya telah disampaikan di depan anggota Komisi III DPR RI.
“Jadi undangan klarifikasi atas pernyataan yang saya berikan ketika saya diundang oleh Komisi III DPR RI,” jelasnya.
Seperti diketahui, pada 4 Februari lalu Hasto telah lebih dulu membeberkan bukti-bukti terkait pelanggaran etik yang dilduga dilakukan oleh Abraham Samad.
Pada pertemuan tersebut, dia menyerahkan segala macam bukti yang bisa membuktikan jika Abraham Samad benar-benar telah menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan politik.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby

Wali Kota Solo Menolak Keras Kerjasama Proton

Jakarta, Aktual.co — Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, mengaku sangat kecewa dan menolak kerjasama antara Indonesia dan Proton Malaysia dalam pengembangan mobil nasional (Mobnas).

“Perjuangan Mobnas Esemka tidak ada artinya, padahal ini mempunyai sejarah panjang baik kepada Presiden Jokowi atau mobil itu sendiri,” kata Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, di Solo, Senin (9/2).

Sebelumnya diberitakan kerja sama ini dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa) untuk membantu Indonesia belajar membangun, mengembangkan, dan memproduksi Mobnas. Sejumlah kritikan pedas pun mengalir deras atas penandatanganan kerjasama yang disaksikan Presiden RI Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (6/2).

“Ya kalau seperti ini Esemka ini tidak ada artinya, saya sendiri nyetir Solo-Jakarta Pulang Pergi untuk test drive dan uji emisi. Mobil Esemka telah mengantarkan Pak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan kalau kerjasama dengan Proton saya menolak keras,” katanya.

Wali Kota yang akrab disapa Rudy ini mengatakan Presiden semestinya mengembangkan Mobnas Esemka seperti yang telah dijanjikan dulu. Esemka itu komponennya 80 persen asli Indonesia .

“Sebaiknya yang harus dikembangkan itu mobil Esemka, karya anak bangsa. Kalau mau transfer teknologi sekalian dengan Jepang seperti dengan Toyota atau Jerman, jangan tanggung-tanggung. Kalau dari Proton yang mau ditransfer apanya?,” tegasnya.

Dia menegaskan kebijakan (Mobnas) seperti itu bukan kebijakan revolusi mental dan tidak sesuai dengan Nawa Cita Presiden Jokowi.

“Nawa citanya dulu itu seperti apa, karena kehadiran negara untuk masyarakat tidak muncul. Janji pak Jokowi untuk Revolusi Mental ini seperti apa? Dulu dibelain mengurus sertifikat uji emisi gas buang, ini merupakan perjuangan yang panjang untuk mewujudkan Mobil Esemka,” katanya.

Rudy mengimbau Pemerintah tidak gegabah dalam pengembangan Mobnas dengan Negeri Jiran. Namun jika ingin kerjasama di bidang Perdagangan dan Kemaritiman menurutnya sah-sah saja.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain