26 Desember 2025
Beranda blog Halaman 42294

Proyek Antisipasi Banjir Meleset, Ahok Minta Partisipasi Warga

Jakarta, Aktual.co —Setelah mengakui upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI untuk antisipasi banjir di musim penghujan tahun ini meleset, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengharapkan masyarakat ikut serta menanggulangi banjir. 
Meski diakuinya untuk upaya penanggulangan banjir memang merupakan tanggung jawab dari Dinas Pekerjaan Umum DKI dan Suku Dinas terkait. 
“Namun untuk yang kecil-kecil kita juga meminta Wali Kota dan Camat serta Lurah untuk ikut serta menghimbau masyarakat juga untuk kerjasama. Karena kan yang dirumah-rumah di gang kecil itu kan selokannya urusan masyarakat juga. Nah kita mau minta kerjasama untuk sama-sama ngatasin itu (banjir),” ujar Ahok di Balaikota DKI, Senin (26/10).
Seperti diberitakan sebelumnya, Ahok mengatakan Pemprov DKI belum siap mengantisipasi ancaman banjir yang akan melanda Jakarta di musim penghujan. 
Pasalnya persiapan Pemprov DKI di proyek-proyek untuk menghadapi musim penghujan belum rampung seluruhnya.
“Ya memang persiapan nggak sesuai target,” ujar Ahok di Balaikota, Jakarta (24/10) lalu.
Ia beralasan tender-tender untuk pembangunan sheet pile atau dinding turap sebagai penahan tanah masih berlangsung. Padahal dengan belum terpasangannya turap, maka pengerukan sungai belum bisa dilakukan karena akan terjadi longsor tanah.

Artikel ini ditulis oleh:

Megawati Hadiri Pelantikan Menteri Jokowi-JK

Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang juga pernah menjabat sebagai Presiden RI itu menghadiri pelantikan 34 menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK di Istana Negara, Jakarta, Senin (27/10).
Megawati hadir sekira pukul 11.00 WIB. Mega ditemani Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Pelantikan menteri itu juga dihadiri sejumlah petinggi negara seperti Ketua DPR Setya Novanto dan para wakilnya, Ketua MPR Zulkifli Hasan serta para wakilnya.
Setelah pelantikan, Megawati masuk ke dalam Istana didampingi Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Artikel ini ditulis oleh:

Taufik Ragu Ahok Konsisten Mundur Usai MA Keluarkan Fatwa

Jakarta, Aktual.co —Saling silang pendapat antara Wakil Ketua DPRD DKI M. Taufik dengan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengenai tafsiran atas Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 1 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah, masih terus bergulir.
Ahok sendiri hari Jumat lalu mengancam akan mundur jika Mahkamah Agung membenarkan tafsiran versi Taufik atas Perpu no 1 yang dikeluarkan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu sebelum lengser.
Namun Taufik mengaku tak percaya Ahok bakal benar-benar konsisten melaksanakan ancamannya untuk mundur jika fatwa MA atas Perpu no 1 sudah keluar.
Kata dia, ini bukan kali pertama Ahok mengeluarkan ancaman akan mundur dari jabatannya. 
“Saya sih gak percaya dia ngomong mau mundur. Dia mau mundur udah berapa kali? amnesia kali ya, di Detik.com dia pernah ngomong mau pake Undang-Undang apa. Saya cuma mau Ahok konsisten aja. Itu dimuat di Detik tanggal 14 bulan 10. Buka tuh di google, sekarang kita mau percaya apa? Orang dia yang ngomong,” kata Taufik, di DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (27/10).
Menanggapi tudingan Ahok bahwa tafsiran Taufik atas Perpu no 1 hanyalah ‘skenarionya’ untuk menduduki kursi Gubernur DKI, ditanggapi santai oleh anggota Fraksi Gerindra di DPRD DKI itu.
“Perpu itu pengganti Undang-Undang dan mantan Presiden SBY yang menandatangani. Jadi bukan Taufik juga bukan Ahok yang tandatanganin. Ya pokoknya kalo Ahok mau mundur saya gak yakin. Orang dia mau Jabatan itu ya mundur aja jangan nunggu orang jadi gubernur,” ungkap Taufik.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ahok mengaku kesal dan menilai tafsiran Taufik atas Perppu No.1 tidak rasional. 
“Nggak banget tafsirannya. Jadi di Perppu itu ada Pasal 203, sedangkan dia baca yang 174. Di situ dikatakan kalau gubernur ganti maka wakilnya tidak bisa naik jadi gubernur,” ujarnya.
Ahok menuding tafsiran Taufik atas Perpu itu hanyalah ‘skenario’ untuk menduduki kursi nomor satu di jajaran Pemprov, yakni sebagai Gubernur DKI. 
“Harapannya dia (Taufik) gitu nanti jadi gubernur. Kalau itu sampai terjadi, aku pilih berhenti aja daripada jadi wakilnya orang seperti itu kan males,” ujarnya, di Balaikota DKI, Jakarta Pusat, Jumat (24/10) lalu.
Taufik sebelumnya mengatakan bahwa berdasarkan Pasal 173 Perppu No.1 maka kepala daerah yang mengundurkan diri tidak otomatis digantikan oleh wakilnya. 
Karena apabila  masa jabatan kepala daerah yang mengundurkan diri masih di atas 18 bulan, maka penggantinya dipilih oleh DPRD dan calonnya diajukan partai pengusung.
Dalam Pasal 174 ayat 2 tertulis apabila sisa masa jabatan Gubernur berhenti atau diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan sisa masa jabatan lebih dari 18 (delapan belas) bulan, maka dilakukan Pemilihan Gubernur melalui DPRD Provinsi.
Masih dalam pasal yang sama di ayat 3 dituliskan Gubernur hasil Pemilihan melalui DPRD Provinsi meneruskan sisa masa jabatan Gubernur yang berhenti atau yang diberhentikan.
Di situlah ‘celah’ yang dituding Ahok bakal digunakan oleh Taufik untuk menjadikan dirinya sebagai Gubernur DKI.

Artikel ini ditulis oleh:

Calon Menteri Ditandai KPK Harus Diumumkan

Jakarta, Aktual.co — Direktur Institut Madani Nusantara Prof Nanat Fatah Natsir mengatakan, Presiden Joko Widodo harus mengumumkan para calon menteri yang ditandai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar tidak timbul kesalahpahaman di masyarakat.
“Diberitakan ada yang ditandai kuning dan merah. Itu siapa saja. Jangan sampai yang tidak ditandai tapi tidak jadi menteri ikut disangka negatif,” kata Nanat Fatah Natsir dihubungi di Jakarta, Senin (27/10).
Dia mengatakan, media massa telah memberitakan sejumlah nama dipanggil dan bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan yang diduga terkait dengan bakal kabinetnya sejak pelantikan presiden dan wakil presiden.
Media juga memberitakan bahwa Presiden menyerahkan daftar-daftar nama calon menteri kepada KPK untuk diperiksa rekam jejaknya terkait potensi korupsi dan potensi menjadi tersangka dalam kasus korupsi.
“Namun, ada nama-nama yang diberitakan bertemu Presiden dan diduga akan menjadi menteri, tetapi tidak jadi menteri. Apakah mereka semua termasuk yang ditandai KPK? Bisa saja mereka tidak jadi menteri karena tidak bersedia,” kata dia.
Nanat kemudian menyebut rekan sejawatnya, mantan rektor UIN Jakarta Prof Komaruddin Hidayat, yang juga sempat dipanggil dan bertemu Presiden di Istana.
Media beberapa kali memberitakan Komaruddin kemungkinan akan menjadi menteri. Namun, ternyata namanya tidak ada dalam daftar menteri dalam Kabinet Kerja yang diumumkan Presiden Minggu (26/10) malam.
“Jangan sampai Komaruddin disangka masyarakat merupakan salah satu calon menteri yang ditandai KPK. Presiden harus terbuka mengumumkan siapa saja yang ditandai KPK agar tidak terjadi kesalahpahaman,” kata anggota presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu.
Presiden Jokowi telah mengumumkan para menteri dalam Kabinet Kerja yang akan membantu pemerintahannya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kabinet Kerja terdiri atas 34 kementerian dengan empat kementerian koordinator yaitu bidang politik, hukum dan keamanan; perekonomian, pembangunan manusia dan kebudayaan serta kemaritiman.

Artikel ini ditulis oleh:

Tak Lulus SMA, Menteri Susi Pudjiastuti Jadi ‘Buah Bibir’

Jakarta, Aktual.co —  Sejak terpilih menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, nama Susi Pudjiastuti mendadak jadi “buah bibir” netizen.
Hal itu terkait latar belakang pendidikan bos Susi Air itu. Sebab, Susi tidak tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Kamu cuma lulusan SMP? Jangan minder, ada yang jadi menteri di #KabinetKerja,” tulis pemilik akun twitter @angtekkhun, Senin (27/10).
Menanggapi kicauan @angtekkhun, aktifis 1998 Fadjroel Rahman tak sepakat jika latar belakang pendidikan dipersoalkan. Fadjroel menulis Wapres Adam Malik hanya lulusan Sekolah Dasar (SD).
“Wapres Adam Malik malah cuma SD,” tulis Fadjorel dalam akun twitter miliknya @fadjroeL.
Hal yang sama diutarakan oleh mantan aktor yang kini anggota DPR Dede Yusuf. “Ibu Susi Pudjiastuti beri inspirasi sukses. Ijazah SMP bukan halangan tuk gapai mimpi terbaik. Syaratnya fokus, kerja keras & ulet,” tulis Dede dalam akun twitternya @dedeyusuf_1.
“Perempuan, nggak selesai SMA, bisa jadi seperti bu Susi sekarang itu justru membuktikan betapa luar biasanya dia. S3 sukses mah ya biasa,” tulisnya lagi.
Selain soal latar belakang pendidikan, sikap Susi yang merokok sesaat setelah pengumuman kabinet juga mendapat sorotan negatif dari para netizen. Dia juga diketahui memiliki tato di tubuhnya. Hal ini membuat netizen menyebutnya “artis di Kabinet Kerja”. 

Artikel ini ditulis oleh:

Relawan Jokowi: KPK Harus Awasi Menteri ESDM 24 Jam

Jakarta, Aktual.co — Munculnya nama Sudirman Said sebagai calon nominator kuat calon Menteri ESDM dan Rini Soemarno di Menteri BUMN semakin memperjelas sindikasi-skema Mafia Baru menguasai sektor energi dan menunjukan betapa kuatnya hegemoni keluarga Soemarno di Kabinet Jokowi.

Pasalnya, dengan masuknya Rini Soemarno dan Sudirman Said ke dalam Kabinet Jokowi maka semakin memperjelas skema untuk menempatkan Ari Soemarno sebagai Komisaris Pertamina guna menguasai sektor energi Migas di Tanah Air.

“Skema itu benar, kita mengamati bahwa benang merahnya adalah Ari Soemarno dan Rini Soemarno. Ini sebuah praktik jahat yang dilakukan sekelompok orang untuk menguasai bisnis negara yang menghasilkan uang triliunan setiap hari,” kata Relawan Jokowi sekaligus Direktur Executive Energy Watch melalui pesan singkatnya kepada Aktual.co, Senin (27/10).

Ferdinand menegaskan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak boleh tidur dengan kondisi ini. KPK harus aktif mengawasi pergerakan Menteri ESDM 24 jam dan mengawasi Soemarno bersaudara.

“Ini keterlaluan, masa nasib bangsa sebesar ini bisa diatur oleh sebuah keluarga?,” ungkapnya.

Menurutnya, hal itu harus diawasi ketat oleh KPK. Sebab bagi Ferdinand ini merupakan kegilaan besar, ketika BUMN Indonesia dikuasai oleh satu keluarga.

“Sungguh sangat mengecewakan ketika bisnis negara harus tunduk dan berada ditangan satu keluarga yaitu Soemarno bersaudara,” jelasnya.

Tapi meski demikian ia menghimbau kita semua untuk menghormati keputusan Presiden dan tetap mengkritisi Pemerintahan ini ke depan.

“Kita hormati keputusan Presiden dan kita akan tetap kritisi Pemerintahan ini ke depan,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Berita Lain