Jakarta, Aktual.com — Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Jawa Barat, Nanang Fattah mengatakan pendidikan di Indonesia perlu memperbanyak kegiatan praktek untuk menghasilkan lulusan berkualitas.

“Kalau dahulu saya mengenal ada istilah Sekolah Menengah Kejuruan Sastra. Kenapa sastra, karena pola pembelajarannya masih didominasi cerita (teori) tanpa praktek,” katanya di Bekasi, Minggu (27/9).

Menurut dia, gagalnya sistem pendidikan dikarenakan terlalu banyak teori yang diberikan pengajar kepada siswanya.

“Idealnya sistem pendidikan kita adalah 80 persen praktik dan 20 persen teori. Jangan sebaliknya,” katanya.

Hal tersebut diungkapkan Nanang saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Pendidikan bertajuk “Manajemen Mutu Dalam Pendidikan Agama Islam” yang digelar oleh Alexandria Islamic School di Jalan Raya Pengasinan, Rawalumbu, Kota Bekasi, Minggu (27/9).

Menurut pria yang juga aktif sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kota Bandung itu minimnya praktik di lembaga pendidikan negeri disebabkan ketidakmampuan pemerintah dalam membiayai perlengkapan praktek.

Menurut dia, tidak jarang lembaga pendidikan memanfaatkan akreditasi sebagai sebuah politik dagang dalam mempengaruhi minat calon siswa untuk bersekolah di tempatnya.

“Kultur Indonesia adalah tidak percaya diri. Akreditasi sebenarnya tidak perlu, tunjukkan saja kualitas sekolahnya melalui prestasi akademik siswa di bidang akhlak, biarkan masyarakat yang menilai langsung,” katanya.

Nanang berharap pemerintah harus paham dengan biaya prioritas untuk mengubah pemikiran bahwa sekolah hanya mencetak pencari kerja, bukan pencetak peluang kerja.

“Faktanya, 20 persen lulusan pendidikan tinggi di Indonesia saat ini masih menganggur,” katanya.

Sementara itu, pemilik Alexandria Islamic School Idris Laena mengatakan kegiatan seminar pendidikan itu rutin digelar setiap dua bulan sekali untuk memberikan pemahaman terhadap orang tua siswa tentang pentingnya mutu pendidikan.

“Saat ini pendidikan di sekolah kami sudah memasuki tahun kedua dengan jumlah siswa yang terus bertambah dari semula 45 siswa, kini sudah 150 siswa dari luar daerah di Indonesia,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: