Mastercard, Visa, Euromoney, dan lembaga keuangan lain, misalnya, terus mengalami fraud (penipuan) dalam jumlah yang tidak terpublikasikan, juga data nasabahnya yang terus diburu.

Di sektor perbankan yang ketat saja, kata Pratama, masih bisa bocor, apalagi data dihimpun dan dikelola oleh instansi yang belum memiliki kompetensi dalam pengelolaan serta penyimpanan dokumen yang berklasifikasi konfidensial.

Selain perbankan, lanjut dia, kini data kependudukan dan data medis menjadi sangat diburu. Beberapa waktu lalu, bahkan puluhan juta data medis diekspos di web gelap, sebagian besar dari data medis di Amerika Serikat.

“Jadi, sumber daya manusia (SDM) kita juga harus siap menghadapi kenyataan hari ini bahwa semua pihak yang memiliki data krusial akan menjadi target eksploitasi,” ucap pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.

Apalagi, lanjut dia, sebagian besar di antara masyarakat belum terlalu mengerti bahayanya menyerahkan data kependudukan kepada orang lain tanpa mengetahui ke mana saja data tersebut akan dipakai.

Artikel ini ditulis oleh: