Jakarta, Aktual.com — Subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija (NTP-P) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) Bali perannya naik sebesar 2,12 persen bulan Juni 2015 dibanding bulan sebelumnya dari 93,21 persen menjadi 95,33 persen.

“NTP-P itu masih berada di bawah angka 100 yang menunjukkan bahwa sektor pertanian tanaman pangan masih lebih besar pasak daripada tiang, yakni pengeluaran untuk konsumsi dan usaha produksi pertanian lebih besar dibandingkan hasil yang diterima,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Minggu (5/7).

Indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan naik sebesar 2,32 persen. Kondisi tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 2,74 persen dan palawija 1,22 persen.

Pada sisi lain indeks harga yang dibayar petani (lb) juga mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang diterima petani (lt).

Panasunan Siregar menjelaskan, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (lb) dipengaruhi oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen, sementara biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) menurun 0,01 persen.

Harga gabah kering panen (GKP) pada tingkat petani di Bali mengalami kenaikan sebesar 9,58 persen pada bulan Juni 2015, dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Mei 2015).

Demikian juga harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 9,22 persen. Meskipun demikian harga gabah tersebut jauh di atas harga patokan pemerintah (HPP) yakni di tingkat petani sebesar Rp4.161,03 per kilogram dan ditingkat penggilingan Rp4.217,76 per kilogram.

Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor itu empat di antaranya mengalami peningkatan dan satu subsektor menurun yakni hortikultura 0,57 persen.

“Tiga subsektor lainnya yang mengalami kenaikan dalam pembentukan NTP terdiri atas tanaman perkebunan rakyat 0,75 persen, subsektor peternakan 1,16 persen dan subsektor perikanan 0,22 persen,” ujar Panassunan Siregar.

Artikel ini ditulis oleh: