Jakarta, Aktual.com – Nahdlatul Ulama (NU) menegaskan agama Islam dan nasionalisme tidak berseberangan, melainkan saling menguatkan untuk membangun Indonesia agar lebih maju.

“Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari yang menyatakan agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian agama dan keduanya saling menguatkan,” ujar Wakil Sekjen PBNU Sulthonul Huda dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9, di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, ditulis Kamis (31/5).

Menurut Sulthonul, NU memahami dan menjadikan pijakan prinsip-prinsip dan kondisi di Indonesia yang terdiri banyak kepulauan, suku, dan bahasa.

Islam, ujar dia, muncul pada generasi ke-3 sejarah Nusantara, sementara agama pertama yang datang adalah Hindu, dilanjutkan Buddha, Islam dan kemudian Kristen.

Ada pun terkait paham radikalisme atau fundamentalisme agama justru banyak berasal dari Islam Timur Tengah, menurut dia, karena negara-negara Islam di Timur Tengah dibentuk dari kepentingan negara-negara imperialis Barat seperti Inggris dan Prancis.

“Berbeda dengan pembentukan negara Indonesia dengan kelompok Islam dan nasionalis berjuang membebaskan diri dari penjajahan kolonial Barat,” kata Sulthonul.

Ia berpendapat orang-orang atau kelompok yang mengaku wakil Islam dari Timur Tengah sama sekali bukan orang-orang yang turut mendirikan Indonesia, tetapi organisasi Islam yang mendirikan Indonesia adalah NU dan Muhammadiyah.

NU pun tidak pernah menyatakan diri atau merasa memberikan hadiah terbesar dari umat Islam untuk Indonesia.

Ketika BPUPK sedang merumuskan dasar negara Pancasila, NU juga sepakat mencabut tujuh kata yang menyebut kewajiban menjalankan agama berdasarkan syariat Islam.

Hingga kini, NU mendukung toleransi antaragama dan saling menghargai keberagaman yang ada di Indonesia.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: