Akan tetapi, Ade melihat sikap ragu-ragu PAN untuk menempatkan posisinya adalah sebuah kewajaran, lantaran pada saat pemilihan presiden, PAN berada di luar yang memenangkan pilpres. Sehingga membuat komunikasinya tidak selancar partai-partai lain yang sejak awal di dalam pendukung Presiden Joko Widodo.

“Kalau dikatakan ‘dua kaki’ saya kira harus dilihat ‘case by case’. Kalau dalam pilpres kan jelas posisi PAN dimana. Tapi pasca itu kan semua partai punya kemerdekaan untuk mengambil dan menentukan langkah-langkah politiknya,” ujarnya.

Namun, pengamat politik dari Universitas Indonesia ini menambahkan bahwa segala kemungkinan posisi partai ini masih sangat terbuka lebar.

“Saya kira semua kemungkinan masih sangat terbuka karena masing-masing sedang bergerak mencari titik temu dan mengkalkulasi segala kepentingannya, pada posisi mana harus diambil, dimana kepentingannya secara maksimal terwakili,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: