Penting juga dilakukan, yaitu proses transfer teknologi yang transparan dan benar-benar mampu diterapkan dalam mengelola blok Rokan. Apalagi, blok Rokan salah satu penyumbang yang cukup besar dari total produksi migas nasional. Jika produksi turun, tentu saja akan pengaruh ke target produksi migas nasional. Tak kalah penting, perlu investasi untuk juga mencari sumur baru sekaligus mengerek produksi sumur eksisting.

“Sementara waktu gunakan pimpro Rokan tadi, untuk alih teknologi, gunakan juga teknologi EOR, teknologi yang dipakai Rokan juga harus digunakan Pertamina,” ujar Fahmy.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan, RP Yudantoro dalam keterangan tertulis menyampaikan jelang alih kelola, pihaknya melakukan koordinasi secara intensif bersama SKK Migas dan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI. Terutama untuk transisi sembilan bidang utama demi menjamin keberlangsungan seluruh kegiatan operasi dan kegiatan rutin pasca blok dioperasikan oleh PHR.

Sembilan bidang utama transisi Rokan meliputi Drilling Work Over, Pasokan Listrik dan Uap, Kontrak dan SCM, IT dan Petroteknikal, Data Transfer, Human Capital, SOP dan Perijinan, Chemical EOR, serta Lingkungan dan ASR (Abandonment and Site Restoration).

Blok Rokan adalah blok yang secara natural sudah mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun. Untuk itu, kata dia, upaya-upaya menahan laju penurunan dan meningkatkan produksi merupakan hal yang paling krusial.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin